“Dia mengatakan kepada saya, kakak laki-lakinya, bahwa kita harus memiliki senjata untuk berperang melawan mereka,” tutur saudara Ko Tun Htet Aung.
Baca juga: Demonstran Myanmar Lawan Balik Junta Militer, Gunakan Bom Molotov dan Ketapel
“Dia berkata ‘tolong izinkan saya melawan mereka. Saya harus melawan mereka. Mereka sangat kejam. Mereka memukuli wajah dan kepala saya’," imbuhnya.
Setelah itu, Ko Tun Htet Aung dinyatakan meninggal dunia.
“Sangat menyakitkan bagi saya untuk berpikir bahwa adik lelaki saya dipukuli secara brutal dan harus menderita kesakitan selama dua setengah hari tanpa pengobatan,” kata saudara Ko Tun Htet Aung.
“Kami telah kehilangan ratusan dalam revolusi ini. Saya tidak ingin melihat orang lain terbunuh, saya ingin mencapai tujuan karena kita sudah memiliki cukup banyak martir dalam revolusi ini,” lanjutnya.
Baca juga: Demi Myanmar Damai, Paus Fransiskus Siap Berlutut di Jalan
Militer Myanmar mengambil alih kekuasaan setelah menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.
Sejak saat itu, gelombang demonstrasi menentang kudeta terus bergelora dan pasukan keamanan Myanmar membubarkan demonstran dengan kekerasan.
The Irrawaddy melaporkan, hampir 220 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 2.100 orang telah ditahan sejak kudeta militer.
Baca juga: Sinyal Keretakan Hubungan, Biksu Myanmar Tuding Junta Militer Bunuh Warga Sipil
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.