"Tolong jangan lakukan ini dengan media, mereka akan menghancurkan hidup Anda," kata temannya itu.
Percakapan itu terjadi saat makan malam penggalangan dana pada Januari 2020. Tepatnya hanya beberapa bulan setelah Meghan menggugat The Mail atas surat pribadinya dengan sang ayah.
Setelah konfrontasi itu, Pangeran Harry mengatakan dia takut istrinya akan menjadi korban dari “kekuatan yang sama," seperti saat dia kehilangan ibunya.
Temannya itu juga memperingatkan: "Anda perlu memahami bahwa Inggris sangat fanatik." Tapi Duke menjawab: "Inggris tidak fanatik, pers Inggris fanatik, khususnya tabloid."
"Tapi, sayangnya, jika sumber informasi pada dasarnya korup atau rasisial atau bias, maka itu akan tersaring ke seluruh masyarakat," ujar pangeran berusia 36 tahun itu menyayangkan.
Kekecewaannya juga terungkap, terkait tidak ada seorangpun dari keluarganya yang mengatakan mereka menyesal pasangan itu merasa mereka harus menjauh dari kehidupan kerajaan karena tidak merasa didukung.
"Kesannya adalah ini keputusan kami, oleh karena itu konsekuensinya ada pada kami."
Hal itu menurutnya terasa sangat sulit karena dia merupakan bagian dari sistem dengan kerajaan dan akan selalu begitu.
Dia mengaku "sangat sadar" saudaranya Pangeran William "tidak dapat meninggalkan sistem itu, berbeda dengan apa yang bisa dilakukannya.
Ditanya apakah William ingin meninggalkan sistem monarki, dia menjawab: "Saya tidak tahu, saya tidak dapat berbicara untuknya."
Harry berkata relasi dan kontrol yang menakutkan terhadap tabloid Inggris, itu benar-benar nyata. Dan itu adalah lingkungan yang sangat merusak.
Meski demikian, Pangeran Harry menyatakan akan "selalu ada" untuk saudara laki-lakinya dan seluruh keluarganya. Dia hanya mencoba membantu mereka untuk melihat apa yang telah terjadi.
Sementara menyoroti masalah ayahnya (Pangeran Wales) yang memilih "berdamai" dengan media.
Tapi Meghan mengatakan dia dan Duke tidak bisa berdamai dengan itu sendirian. Menurut meraka, hal itu "berbeda" karena media sosial. Dia menggambarkan relasi antara media dan keluarganya menjadi sangat liar.
Menanggapi pernyataan itu, Kelompok Society of Editor mengkritik pasangan tersebut dan menilai mereka menuduh media melakukan rasisme tanpa "bukti pendukung".