JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendukung pembebasan sementara aturan bisnis terkait hak paten vaksin Covid-19, yang melindungi keuntungan dari produsen.
Melansir The Guardian pada Jumat (5/3/2021), Direktur jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dunia harus menyikapi pandemi Covid-19 "dalam pijakan perang"
Tedros mendukung ide pembebasan hak paten produksi vaksin Covid-19, sehingga berbagai negara dapat membuat dan menjual salinan vaksin dengan harga murah, yang diciptakan di tempat lain.
Baca juga: Italia Blokir Ekspor 250.000 Dosis Vaksin Covid-19 AstraZeneca ke Australia
"Kita hidup melalui momen yang luar biasa dalam sejarah dan harus menghadapi tantangan," katanya.
Menurutnya, fleksibilitas dalam regulasi perdagangan untuk keadaan darurat diperlukan, ketika pandemi global secara pasti telah mendorong keterbatasan gerak masyarakat dan kerugian bagi bisnis baik kecil maupun besar.
Baca juga: Sebelum Indonesia, Vaksin Anhui Diuji Klinis Fase Ketiga di Uzbekistan
"Kita harus berperang dan penting untuk memperjelas apa yang dibutuhkan," ucap Tedros.
Pernyataan Tedros tersebut disampaikan sebelum pertemuan penting Badan Perdagangan Dunia (WTO) yang akan diadakan pada pekan depan, dalam peringatan deklarasi pandemi Covid-19.
Pertemuan WTO tersebut akan mendiskusikan proposal untuk mengesampingkan hak kekayaan intelektual, yang dalam hal ini terkait dengan paten vaksin Covid-19.
Baca juga: Oknum Dokter Militer Thailand Edarkan Vaksin Palsu Covid-19 ke Para Tentara
Ide itu awalnya diajukan oleh pihak Afrika Selatan dan India, tapi sekarang telah didukung oleh 100 negara lainnya.
Suara negara anggota saat ini terpecah secara luas, antara negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang mendukung, dengan negara kaya yang menentang ide tersebut.
Tedros yang menulis opini di The Guardian, berpendapat bahwa pabrikan masih akan mendapatkan sejumlah penggantian untung nantinya.
Baca juga: Presiden Meksiko Berharap Dapat Jatah Vaksin Covid-19 dari AS
"Mengesampingkan sementara hak paten bukan berarti inovator diabaikan. Seperti selama krisis HIV atau dalam perang, perusahaan akan mendapatkan royalti untuk produk yang mereka produksi," ujarnya.
Perusahaan farmasi dan pemeirntah di AS, Inggris, Eropa adalah negara yang menolak keras gagasan "mengesampingkan hak paten produksi", baik dengan atau tanpa kompensasi.
Mereka mendukung argumen Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi, yang berbasis di Swiss, bahwa pemotongan laba perusahaan adalah disinsentif untuk inovasi.
Baca juga: Parlemen China Dorong Pemerintah Terbitkan Paspor Vaksin Covid-19
Tedros mengatakan berbagai tindakan harus dipertimbangkan.
“Baik itu pembagian dosis, transfer teknologi, atau lisensi sukarela, seperti yang didorong oleh inisiatif Covid-19 Technology Access Pool WHO, atau melepaskan hak kekayaan intelektual, kita perlu melakukan semua hal,” ungkapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.