YANGON, KOMPAS.com - Sebuah video memperlihatkan petugas medis Myanmar mengalami penyiksaan beberapa kali oleh aparat.
Radio Free Asia (RFA) yang merilis tayangan itu melaporkan, insiden tersebut terjadi di kawasan Okkalapa Utara, Rabu (3/3/2021).
Saat itu, polisi setempat menghentikan ambulans yang berasal dari Yayasan Mon Myat Seik Htar, dan menembak jendelanya.
Baca juga: Beredar Video Kebrutalan Aparat Myanmar, Dunia Diminta Bertindak
RFA memberitakan, penyiksaan itu terekam oleh kamera CCTV dari kawasan permukiman di Okkalapa Utara.
Dalam video tersebut, nampak petugas medis diminta untuk berlutut dengan salah satu aparat melayangkan tendangan.
Dikutip AP Sabtu (6/3/2021), rekaman itu muncul setelah ada laporan aparat tidak hanya menahan pekerja medis.
Bahkan, mereka bertindak lebih jauh dengan menghancurkan peralatan kesehatan hingga menembaki relawan medis.
Sejak aksi demonstrasi pecah pasca-militer melakukan kudeta pada 1 Februari, puluhan orang dilaporkan tewas.
Berdasarkan catatan PBB, setidaknya 54 orang terbunuh di berbagai kota Myanmar, dengan ribuan lainnya dipenjara.
Baca juga: Suster yang Berlutut di Depan Militer Myanmar Siap Mati demi Lindungi Demonstran
Berbagai rekaman kebrutalan tentara dan polisi marak di media sosial, di mana ada demonstran yang ditembak dari jarak dekat.
"Kita berada di momen krisis," papar Bill Richardson, mantan Duta Besar AS untuk PBB yang punya pengalaman bertugas di Myanmar.
Upaya agar junta militer menghentikan kekerasan mendapatkan ganjalan dari berbagai kesempatan.
Di PBB, harapan dewan keamanan untuk menerapkan embargo bisa pupus jika China dan Rusia, dua sekuta utama Myanmar, memveto.
Sementara di Asia Tenggara, negara yang tergabung di organisasi Asean biasanya enggan mencampuri masalah internal tetangganya.
Karena itu, yang bisa mereka lakukan adalah berusaha agar junta dan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi duduk semeja.
Baca juga: 600 Polisi Myanmar Membelot, Ikut Rakyat Lawan Junta Militer