BANGKOK, KOMPAS.com - Terdapat oknum dokter dari militer Thailand yang menyebarkan vaksin palsu Covid-19 di lingkungan para tentara dengan menarik biaya 170.000 baht (Rp 80 juta).
Melansir Bangkok Post pada Selasa (2/3/2021), para tentara yang telah menjadi korban adalah mereka yang berada di pos Sudan Selatan.
Oknum dokter tersebut bukannya memberikan dosis vaksin Covid-19, melainkan obat lain dan penipuan itu dilakukan untuk kepentingan pribadi.
Pihak militer Thailand telah mengkonfirmasi adanya kasus tersebut, yang mana praktiknya terjadi pada 2020 lalu.
Baca juga: China Tangkap Dalang Produsen Vaksin Palsu Covid-19 Bernilai Rp 200-an Juta
Diungkapkan bahwa oknum dokter yang tidak disebutkan namanya itu adalah seorang letnan dan telah menelan korban sebanyak 247 orang tentara dari misi perdamaian PBB di Sudan, Afrika Utara.
Kasus vaksin palsu Covid-19 terungkap berawal dari pihak PBB yang mencurigai vaksin Covid-19 yang diberikan.
Jenderal Chaovalit Sangkarit, juru bicara Markas Pasukan Tentara Kerajaan Thailand, mengatakan dalam konverensi pers pada Selasa (2/3/2021).
Penyelidikan tersebut menemukan bahwa oknum menyarankan teman-temannya untuk suntik obat flu, yang ia katakan dapat membantu mengatasi virus corona.
Baca juga: China Tangkap 80 Orang Terkait Sindikat Vaksin Palsu
Kemudian, oknum meminta 500 bath (Rp 235.130) per orang dari rekan-rekan senegaranya untuk menutup biaya obat, yang totalnya 170.000 baht (Rp 80 juta).
Dia memberikan obat lain, yang ditemukan kandungan zat tetanus atau cairan saline.
Pada Maret 2020, oknum dokter segera dipulangkan ke Thailand setelah terungkap kasus tersebut.
"Apa yang dia lakukan adalah penipuan dan pelanggaran disiplin yang serius," kata Jenderal Chaovalit.
Baca juga: Parlemen China Dorong Pemerintah Terbitkan Paspor Vaksin Covid-19
Selama penyelidikan di Thailand, oknum tidak melaporkan tugas dan tidak dapat dihubungi.
Unit komandonya dikabarkan telah memecatnya dari tugas dinas pada April lalu dan pengadilan Militer Bangkok mengeluarkan surat perintah penangkapannya.
Jenderal Chaovalit juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengirim kasus itu ke Dewan Medis Thailand, untuk menarik izin praktik medisnya.