Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tato Wajah Aung San Suu Kyi Jadi Tren Atribut Massa Anti-Kudeta Militer Myanmar

Kompas.com - 24/02/2021, 21:15 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Namun, praktik tato dilarang selama pemberontakan Inggris pada 1930-an dan kembali ke arus utamanya selama reformasi politik dan ekonomi pada 2011.

Di Mandalay, seniman tato Za merespons kudeta militer Myanmar dengan menandatangani desain Aung San Suu Kyi secara gratis, hingga 15 Februari, ia mulai memasang harga 3,5 dollar AS (Rp 49.280).

Sejauh ini, dia telah menyelesaikan sekitar 70 tato dan semua uang yang terkumpul telah digunakan untuk pegawai negeri sipil yang melakukan pemogokan dan lainnya dengan maksud menentang junta militer.

“Baru kemarin saya menghabiskan seluruh waktu untuk membuatkan tato,” katanya.

“Semakin banyak orang yang mendapatkan tato dan itu memungkinkan kami untuk mendukung gerakan (protes),” imbuhnya.

Saat mendapatkan tato mereka, sebagian besar klien menikmati obrolan tentang kudeta dan gosip tentang mereka yang tidak bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil.

“Percakapan tidak pernah berakhir,” terangnya.

Baca juga: KBRI Yangon Didemo, Indonesia Bantah Dukung Pemilu Baru di Myanmar

Tin, seorang olahragawan kuno profesional lethwei, juga ikut berpartisipasi menato tubuhnya dengan wajah yang akrab dipanggil "Ibu Suu".

“Saya mentato untuk mengungkapkan keyakinan saya padanya dan dukungan saya untuknya,” kata Tin.

"Saya tidak peduli jika itu membuat saya bermasalah dengan rezim suatu hari nanti," ungkapnya.

Reputasi Suu Kyi sangat dipuji di negara yang telah belasan tahun dikendalikan oleh kekuatan militer. Meski, bukannya tanpa cela.

Aung San Suu Kyi (75 tahun) telah menghadapi tuduhan mengimpor walkie talkie secara ilegal dan melanggar undang-undang bencana alam Myanmar, saat awal kudeta mulai bergejolak.

Dia menghadapi hukuman tiga tahun penjara, dengan sidang pengadilan yang dilaporkan ditetapkan pada 1 Maret.

Sementara, reputasi internasionalnya juga telah memiliki goresan noda, lantaran dia pergi ke pengadilan internasional di Den Haag, untuk membela militer atas klaim bahwa mereka telah melakukan genosida terhadap Muslim Rohingya.

Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk 2 Pemimpin Junta Militer Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com