Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Elon Musk, Miliuner Seberangi Benua Kejar Mimpi Sampai ke Mars

Kompas.com - 30/01/2021, 05:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Pada 1988, setelah mendapatkan paspor Kanada, Musk meninggalkan Afrika Selatan. Dia tidak mau mendukung apartheid dan menjalani wajib militer. Rencana ambisius sudah dibuatnya yaitu mencari peluang ekonomi lebih besar yang tersedia di AS.

Baca juga: Elon Musk Sebut Piramida Dibangun Alien, Mesir Siap Beri Undangan

Merintis jadi taipan

Musk pindah ke Kanada untuk kuliah di Queen's University pada 1989 dan memperoleh kewarganegaraan Kanada tahun itu. Jalur itu diambilnya agar lebih mudah untuk mendapatkan kewarganegaraan AS.

Pada 1992, Musk meninggalkan Kanada untuk belajar bisnis dan fisika di Universitas Pennsylvania. Dia lulus dengan gelar sarjana di bidang ekonomi dan melanjutkan untuk gelar sarjana kedua di bidang fisika.

Merasa belum cukup, dia kemudian mengejar gelar PhD di bidang fisika energi ke Universitas Stanford di California. Tapi, dia memutuskan untuk keluar dua hari setelah bergabung dengan universitas bergengsi itu.

Musk merasa internet memiliki lebih banyak potensi untuk mengubah masyarakat daripada bekerja dalam fisika. Maka pada 1995 dia mendirikan Zip2, sebuah perusahaan yang menyediakan peta dan direktori bisnis untuk surat kabar online.

Pada 1999 Zip2 dibeli oleh produsen komputer Compaq seharga 307 juta dollar AS (Rp 4,3 triliun). Musk kemudian mendirikan perusahaan jasa keuangan online, X.com, yang kemudian menjadi PayPal, yang mengkhususkan diri dalam jasa transfer uang secara online.

Lelang online eBay membeli PayPal pada 2002 seharga 1,5 miliar dollar AS (Rp 21 triliun). Pada tahun yang sama Musk akhirnya bisa mendapatkan kewarganegaraan AS yang diincarnya sejak lama.

Baca juga: Beri Nama Anak X Æ A-12 Musk, Elon Musk Serius atau Bercanda?

Eksplorasi luar angkasa

Musk sudah lama yakin bahwa untuk bertahan hidup, umat manusia harus menjadi spesies multiplanet. Namun, ayah dari X Æ A-12 Musk itu tidak puas dengan mahalnya biaya peluncur roket.

Pada 2002 ia mendirikan Space Exploration Technologies (SpaceX). Perusahaan ini membuat roket yang lebih terjangkau.

Dua roket pertamanya adalah Falcon 1, pertama kali diluncurkan pada 2006. Kemudian Falcon 9 yang lebih besar, pertama kali diluncurkan pada 2010. Musk berhasil merancang roketnya dengan biaya yang jauh lebih murah daripada roket pesaing.

Roket ketiga, Falcon Heavy, pertama kali diluncurkan pada 2018. Model ini dirancang untuk membawa 117.000 pound (53.000 kg) ke orbit. Kemampuannya hampir dua kali lipat dari pesaing terbesarnya, Delta IV Heavy milik Perusahaan Boeing. Namun hanya memakan biaya sepertiganya.

SpaceX telah mengumumkan penerus Falcon 9 dan Falcon Heavy, “Super Heavy – Starship System”.

Tahap pertama Super Heavy akan mampu mengangkat 100.000 kg (220.000 pon) ke orbit Bumi yang rendah. Muatannya adalah Starship, pesawat ruang angkasa yang dirancang untuk menyediakan transportasi cepat antara kota-kota di Bumi, dan membangun pangkalan di Bulan dan Mars.

SpaceX juga mengembangkan pesawat ruang angkasa Dragon, yang membawa pasokan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dragon dapat membawa sebanyak tujuh astronot, dan melakukan penerbangan awak yang membawa astronot Doug Hurley dan Robert Behnken ke ISS pada 2020.

Musk berusaha mengurangi biaya penerbangan luar angkasa dengan mengembangkan roket yang sepenuhnya dapat digunakan kembali. Artinya, roket dapat lepas landas dan kembali ke landasan tempat peluncurannya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com