Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi Turki Tantang Erdogan soal Pembungkaman Uighur

Kompas.com - 29/01/2021, 22:47 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

ANKARA, KOMPAS.com - Nasib puluhan ribu pengungsi Uighur di Turki yang kemungkinan menghadapi deportasi ke China,terancam menjadi bencana politik yang memalukan bagi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah lama menganggap dirinya sebagai pembela hak-hak Muslim yang diakui secara global.

"Mereka mengatakan kepada kita sebagai pembela Muslim terbesar, tetapi mereka gagal mendengar tangisan saudara-saudari kita yang disiksa karena mengatakan mereka adalah Muslim Turki," kata Meral Aksener dari Partai Baik Turki yang beraliran kanan-tengah dalam pidatonya Rabu kepada para anggota parlemennya yang mengecam anggota parlemen Partai AKP Erdogan yang berkuasa.

Baca juga: Tokoh Yahudi Sebut Etnis Minoritas Uighur di China Seperti Korban Holocaust

Tayangan pidato yang disiarkan televisi pemerintah Turki itu, dihentikan saat Aksener mengundang pengungsi Uighur, Nursiman Abdurasid, untuk berbicara.

Stasiun penyiaran pemerintah itu tidak memberikan penjelasan atas insiden tersebut, tetapi kejadian itu menjadi viral di media sosial yang diberi label dengan tagar "AKPsilenceUigh."

Platform media sosial menyiarkan sisa pidato Abdurasid, yang berbicara mengenai bagaimana saudara dan orang tuanya ditempatkan di kamp-kamp penahanan China dan menyerukan dunia Muslim dan kemanusiaan untuk membantu komunitasnya.

Namun Erdogan, yang kerap mencela Barat karena penganiayaan terhadap Muslim dan mengutuk meningkatnya Islamofobia, menahan diri untuk tidak secara langsung mengecam perlakuan China terhadap minoritas Uighurnya.

Diaspora Uighur paling banyak di Turki sejak negara itu membuka pintunya bagi etnis minoritas Muslim yang melarikan diri dari penganiayaan politik di China. Turki sekarang menampung komunitas diaspora Uighur terbesar di dunia.

Para ahli sebelumnya sudah memperingatkan mengenai hak-hak dari sekitar 50 ribu orang Uighur yang mendapat suaka di Turki, di mana mereka memiliki kesamaan bahasa, budaya dan agama warisan, terancam oleh perjanjian vaksin virus corona baru-baru ini antara Ankara dan Beijing.

Pada akhir Desember, para pendukung hak menyuarakan kekhawatiran atas kedatangan vaksin COVID yang lama tertunda dari Sinovac yang berbasis di China, yang terjadi hanya beberapa hari setelah Beijing tiba-tiba meratifikasi kesepakatan ekstradisi 2017 dengan Ankara.

Baca juga: Menlu AS: China Lakukan Genosida terhadap Etnik Uighur di Xinjiang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com