Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warisan Presiden Donald Trump yang Akan Dicatat Sejarah, Apa Sajakah Itu?

Kompas.com - 20/01/2021, 10:10 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pada Rabu siang waktu setempat (20/1/2021), 4 tahun masa jabatan Presiden Donald Trump akan berakhir setelah pelantikan Joe Biden, yang diwarnai berbagai konflik yang timbul, jadi seperti apa warisan sejarah yang akan tercatat?

Kompas.com melansir BBC pada Rabu (20/1/2021) para pakar menunjukkan beberapa poin penting warisan Presiden Donald Trump, di antaranya:

Baca juga: Trump Cetak Angka Kepuasan Terendah, Hanya 34 Persen Jelang Lengser

1. Pemakzulan dua kali

Matthew Continetti, peneliti di American Enterprise Institute, yang berfokus pada perkembangan Partai Republik dan gerakan konservatif Amerika, menyebutkan Trump akan dikenang sebagai presiden AS pertama yang dimakzulkan dua kali.

Dia akan dikenal sebagai presiden yang menggemakan tuduhan tanpa bukti tentang pemilu yang dicurangi.

Mendorong pendukungnya untuk memprotes sertifikasi hasil Electoral College, memberitahu bahwa hanya kekuatan mereka yang dapat merebut kembali negara mereka.

Akhirnya, masa pendukungnya menyerbu dan menduduki Gedung Capitol, serta mengganggu operasi pemerintahan konstitusional.

Ketika sejarawan menulis tentang kepresidenannya, mereka akan melakukannya melalui lensa kerusuhan.

Mereka akan fokus pada hubungan Trump dengan alt-right (sayap kanan), penanganannya yang mengerikan terhadap protes mematikan Charlottesville pada 2017, meningkatnya kekerasan ekstremisme sayap kanan selama masa jabatannya, dan penyebaran teori konspirasi jahat yang dia dorong.

Jika, Donald Trump mengikuti teladan para pendahulunya yang mengakui kekuasaan dengan anggun dan damai, dia akan dikenang sebagai pemimpin populis yang mengganggu, tetapi juga berpengaruh.

Seorang presiden yang sebelum pandemi, memimpin ledakan ekonomi, mengarahkan kembali opini Amerika tentang China, menyingkirkan para pemimpin teroris dari medan perang.

Ia juga akan dikenang sebagai presiden yang telah mengubah program luar angkasa, mengamankan mayoritas orisinalis (konservatif) di Mahkamah Agung AS, dan mengesahkan Operasi Warp Speed untuk memproduksi vaksin Covid-19 dalam waktu singkat.

Baca juga: Kurang dari 24 Jam Lagi Lengser, Trump Masih Mengomel Dia Menang Pilpres AS

2. Benteng kepemimpinan global 

Laura Belmonte, profesor sejarah dan dekan dari Seni Liberal dan Ilmu Pengetahuan Manusia di Perguruan Tinggi Teknologi Virginia, mengatakan Trump mengubah kepemimpinan global dengan mentalitas yang lebih berwawasan ke dalam dan seperti benteng.

Ia tidak berpikir kebijakan Trump itu berhasil, tetapi menurutnya perlu dikaji lagi seberapa parah kerusakan pada reputasi internasional Amerika di bawah pengaruhnya.

Dia melambangkan serangan yang sangat besar terhadap sejumlah lemabaga internasional dan perjanjian, seperti penarikan diri dari perjanjian iklim Paris dan perjanjian nuklir Iran.

Di sisi lain, Trump mampu menyelaraskan AS dengan rezim yang merupakan antitesis dari nilai-nilai yang menurut AS ingin diangkat, seperti beberapa hal yang dilakukannya dengan memuji Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Brasil Jail Bolsonaaro, dan bertemu Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.

"Itu adalah sesuatu yang menurut saya sangat berbeda," kata Belmonte.

Aspek lainnya adalah ia melepaskan AS dari peran yang benar-benar tegas dalam mempromosikan hak asasi manusia di seluruh dunia.

Ia mengubah isi laporan tahunan hak asasi manusia dari Departemen Luar Negeri dan tidak memasukkan banyak topik, seperti kesetaraan LGBT.

Baca juga: Berakhirnya Transisi Kekuasaan Damai AS di Tangan Donald Trump

3. Menguji demokrasi

Kathryn Brownell, profesor sejarah di Universitas Purdue, yang berfokus pada hubungan antara media, politik, dan budaya populer, dengan penekanan pada kepresidenan Amerika.

Secara umum, Donald Trump dan pendukungnya di Partai Republik dan media konservatif telah menguji demokrasi Amerika dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebagai seorang sejarawan yang mempelajari hubungan antara media dan kepresidenan, sungguh mengejutkan cara dia meyakinkan jutaan orang bahwa versi palsu dari kejadian itu benar adanya.

Apa yang terjadi pada 6 Januari di Gedung Capitol AS adalah puncak dari empat tahun pemerintahan Presiden Trump yang secara aktif menyampaikan informasi yang salah.

Sama seperti Watergate, penyelidikan pemakzulan mendominasi interpretasi historis warisan Richard Nixon selama beberapa dekade.

"Saya pikir momen pasca-pemilu ini akan berada di garis depan penilaian historis kepresidenannya," ungkap Brownell.

Presiden di abad ke-20 semakin menggunakan langkah-langkah canggih untuk memutarbalikkan interpretasi kebijakan dan peristiwa dengan cara yang menguntungkan dan untuk mengontrol narasi media tentang pemerintahan mereka.

Namun, pernyataan bahwa pemerintah memiliki hak atas fakta alternatifnya sendiri jauh melampaui batas, yang pada akhirnya membayangi cara pemerintahan Trump akan memerintah dengan informasi yang salah.

Trump memanfaatkan kekuatan media sosial serta mengaburkan batas antara hiburan dan politik dengan cara yang memungkinkannya untuk melewati kritik dan terhubung langsung ke pendukungnya dengan cara tanpa filter.

Franklin Roosevelt, John F Kennedy, dan Ronald Reagan juga menggunakan media baru dan gaya selebriti untuk terhubung langsung dengan orang-orang.

Cara tanpa filter itu, kemudian mengubah ekspektasi dan operasional kepresidenan yang membuka jalan bagi Trump.

Baca juga: Deretan Kebijakan Trump yang Membuat AS Penuh Gejolak Selama 4 Tahun

4. Pertandingan pemilu 2020

Margaret O'Mara, profesor sejarah di Universitas Washington, yang berfokus pada sejarah politik, ekonomi, dan metropolitan AS modern mengatakan Trump mempertandingkan kemenangan pemilu AS 2020 dengan sangat konstitusional dan numerik, lawan Joe Biden.

"Kami mengalami banyak transisi yang sangat tidak menyenangkan," kata O'Mara.

Pendahulunya, Herbert Hoover sangat tidak senang dengan kekalahannya, tetapi dia masih mengendarai mobil di Pennsylvania Avenue saat peresmian penggantinya.

Dia tidak berbicara dengan Franklin Roosevelt sepanjang waktu, tetapi masih ada perpindahan kekuasaan secara damai.

Trump adalah perwujudan kekuatan politik yang telah bergerak selama setengah abad atau lebih. Puncak dari apa yang tidak hanya terjadi di partai Republik, tetapi juga di Partai Demokrat dan lebih luas lagi dalam politik Amerika.

Ia menggambarkan semacam kekecewaan terhadap pemerintah, institusi, dan keahlian.

Trump luar biasa dalam banyak hal, tetapi salah satu hal yang benar-benar membuatnya menonjol adalah bahwa dia adalah salah satu presiden langka yang terpilih tanpa pernah memegang jabatan terpilih sebelumnya.

Kekuasaan Trump mungkin telah tanggal, tetapi ada frustrasi besar yang membayangi kemapanan politik Amerika, yang didefinisikan secara luas.

"Ketika Anda merasa tidak berdaya, Anda memilih seseorang yang menjanjikan untuk melakukan segala sesuatu secara berbeda dan Trump memang melakukannya," terang O'Mara.

Kepresidenan juga dibuat oleh orang-orang yang ditunjuk oleh presiden, dan banyak tangan Republik yang berpengalaman tidak diundang untuk bergabung dengan pemerintahan pada putaran pertama.

Seiring waktu, pemerintahannya telah berkurang menjadi sekelompok loyalis yang sebenarnya tidak terlalu berpengalaman dan secara ideologis tidak tertarik pada tata kelola birokrasi yang bijaksana.

"Apa yang telah terjadi di dalam perut birokrasi akan menjadi lambat untuk dibangun kembali," ucapnya.

Baca juga: Salam Perpisahan Mike Pence: Semoga Tuhan Memberkati Amerika

5. Tangguh lawan China

Saikrishna Prakash, profesor Fakultas Hukum Universitas Virginia yang berfokus pada hukum konstitusional, hukum hubungan luar negeri, dan kekuasaan presiden mengatakan bahwa presiden Trump berhasil menyuarakan perlawanan keras terhadap China.

"Saya pikir orang-orang akan jatuh hati untuk menjadi lebih tangguh atau setidaknya mengatakan mereka lebih tangguh dari pada China," ucap Prakash.

"Di dalam negeri, presiden memiliki nada padat tentang itu. Mungkin tidak pernah sepenuhnya disadari dalam kebijakannya, tetapi kami melihat lebih banyak orang Republik mengadopsi ide-ide populis," lanjut ungkapnya.

Presiden juga mendorong gagasan bahwa China telah memanfaatkan Amerika Serikat dengan cara yang merusak ekonomi dan keamanan nasional dalam negeri.

Menurutnya, ada konsensus di balik pandangan itu. Sebab, di Amerika tidak ada yang mau dituduh lunak terhadap China.

Trump telah menunjukkan bahwa ada konstituen yang menentang banyak kesepakatan perdagangan China di AS dan ia muncul untuk mengambil peran dengan bersikap keras melawan itu.

"Ada orang yang bersedia memilih mereka yang akan melepaskan kita dari kesepakatan perdagangan itu atau 'membuatnya lebih adil'," ucapnya.

Baca juga: Pidato Perpisahan Donald Trump Bernada Damai dan Menantang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com