WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintahan Trump akan mengeksekusi narapidana federal ke-13 dan terakhir pada Jumat (22/1/2021).
Putusan ini menepis klaim tidak bersalah dan diagnosis virus corona baru-baru ini, yang sebelumnya diharapkan akan mengakhiri catatan eksekusi yang memecahkan rekor di Amerika Serikat.
Melansir NY Daily News pada Jumat (15/1/2021), Jika tidak ada tindakan pada menit-menit terakhir oleh Mahkamah Agung, Dustin Higgs akan dihukum mati minggu depan.
Eksekusi pada pria berusia 48 tahun itu akan dilakukan Jumat malam di Kompleks Pemasyarakatan Federal di Indiana.
Dia akan menjadi narapidana federal ketiga yang dihukum mati dalam seminggu terakhir, setelah eksekusi Corey Johnson pada Kamis malam (14/1/2021) dan Lisa Montgomery Rabu pagi (13/1/2021).
Higgs dijatuhi hukuman mati pada 2000, karena penculikan dan pembunuhan tiga wanita, yaitu Tamika Black (19 tahun), Tanji Jackson (21 tahun), dan Mishann Chinn (23 tahun).
Baca juga: AS untuk Pertama Kalinya Eksekusi Wanita Terpidana Mati Sejak 1953
Jaksa penuntut mengatakan mantan penduduk Maryland itu, memerintahkan seorang teman membunuh para korban pada Januari 1996. Alasannya karena salah satu dari mereka telah menolak rayuan seksualnya.
Narapidana itu bersikeras sampai hari ini bahwa dia tidak bersalah, dan tidak pernah menyuruh rekan terdakwa membunuh para wanita itu.
"Saya saat ini duduk di “hukuman kematian” untuk kejahatan yang tidak saya lakukan!" katanya dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs website yang dibuat oleh para pendukungnya.
"Saya bertanya-tanya apakah itu karena saya tidak berteriak cukup keras, atau apakah karena ketidakadilan hukum, sehingga membunuh atas kejahatan yang tidak saya perbuat sama sekali tidak penting."
Pria yang menembak mati ketiga korban itu tidak dihukum mati.
Eksekusi Higgs yang dijadwalkan sempat dihentikan minggu ini karena dia positif Covid-19.
Pengacaranya dan Johnson, yang juga tertular virus tersebut, berpendapat suntikan mematikan yang digunakan oleh Departemen Kehakiman akan menyebabkan cairan mengalir ke paru-paru mereka yang rusak.
Hal itu disebut bisa memicu sensasi tenggelam, yang pada dasarnya merupakan penyiksaan.
Baca juga: Sebelum Lengser, Pemerintahan Trump Kembali Eksekusi Terpidana Mati
Penundaan eksekusi kemudian dikosongkan, dan Mahkamah Agung menolak banding saat menit-menit terakhir pada Kamis malam (14/1/2021).
Seorang wartawan Associated Press yang menyaksikan eksekusi Johnson mengatakan tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa dia pernah mengalami kesakitan.
Eksekusi federal minggu ini adalah bagian dari persaingan kontroversial Departemen Kehakiman untuk mengeksekusi tahanan federal, Joe Biden yang menolak hukuman mati dilantik minggu depan.
Pemerintahan Trump telah mengeksekusi tahanan federal terbanyak dibandingkan presiden mana pun sejak Franklin Roosevelt. Proses itu dilakukan hanya dalam tujuh bulan, bukan delapan tahun.
Mantan Jaksa Agung Bill Barr melanjutkan praktik tersebut pada Juli setelah berhenti dijalankan selama 17 tahun.
Jumlah narapidana yang dihukum mati oleh pemerintahan Trump sudah lebih tinggi dari gabungan enam dekade sebelumnya.
Otoritas federal mengatakan Higgs sudah melewati masa hukumnya sejak lama. Hukumannya dan sembilan hukuman mati lainnya diputuskan dalam banding sekitar 17 tahun lalu.
Sebuah petisi online yang mengklaim bahwa Higgs dijatuhi hukuman yang salah telah menarik hampir 1,8 juta tanda tangan.
Baca juga: Jika Terpilih Lagi, Ini Daftar Eksekusi Trump
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.