Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Lengser, Pemerintahan Trump Kembali Eksekusi Terpidana Mati

Kompas.com - 12/12/2020, 13:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump kembali mengeksekusi terpidana mati, jelang lengser pada 20 Januari nanti.

Alfred Bourgeois, pria kulit hitam divonis karna membunuh putrinya yang berusia dua tahun dieksekusi dengan suntikan di Penjara Terre Haute, Indiana.

"Bourgeois dinyatakan meninggal pada pukul 20.21 Waktu Standar Timur oleh Koroner Vigo County," demikian keterangan badan penjara federal dikutip AFP Sabtu (12/12/2020).

Baca juga: Brandon Bernard, Terpidana Mati Pertama dari Kloter Eksekusi Terakhir Trump

Eksekuti terhadap Bourgeois berlangsung sehari setelah terpidana mati lainnya, Brandon Bernard, juga mendapatkan suntikan mematikan di Terre Haute.

Bourgeois, mantan sopir truk yang kini berusia 55 tahun, menampung putrinya dan membawanya ke truk pada musim panas 2002 silam.

Ternyata, dia berulang kali menyiksa anaknya yang masih berumur dua tahun itu. Dia membunuh putrinya itu dengan membenturkannya di kaca mobil.

Karena kejahatannya terjadi di pangkalan militer, dia kemudian disidang di pengadilan federal dan dijatuhi hukuman mati dua tahun berselang.

Saat dia divonis, AS tengah menangguhkan eksekusi pada awal 2003, salah satunya karena legalitas obat yang dipakai untuk membunuh terpidana.

Namun pada Juli lalu, Trump mulai menerapkannya lagi. Meski negara bagian saat ini masih menangguhkannya karena pandemi Covid-19.

Baca juga: Jelang Lengser Trump Kebut Hukuman Mati, Ini Daftar Eksekusinya...

Total, pemerintahan presiden 74 tahun itu sudah melaksanakan 10 eksekusi mati, dengan tujuh di antaranya terjadi sebelum Pilpres AS pada 3 November.

Dalam pilpres AS, petahana kalah dari penantangnya, Joe Biden yang berjanji bersama Kongres bakal mengakhiri pelaksanaan hukuman federal itu.

Selama 131 tahun, secara tradisi presiden yang akan lengser biasanya bakal menangguhkan hukuman mati untuk proses transisi kekuasaan.

Namun karena Trump hingga saat ini menolak kalah dari Biden, dia mengumumkan enam daftar eksekusi sejak November hingga Januari, termasuk Bernard dan Bourgeois.

Baca juga: Trump Perintahkan Serangkaian Hukuman Mati Jelang Akhir Jabatannya

Pengacara Bourgeois, Victor Abreu, sejatinya sudah meminta Mahkamah Agung AS mengintervensi karena kliennya menderita gangguan mental.

"Juri yang memutuskan hukuman mati bagi Tuan Bourgeois tak pernah tahu dia mempunyai disabilitas intelektual karena pengacara sebelumnya tak menunjukkan bukti itu," papar Abreu.

Setelah eksekusi, tim Abreu kemudian merilis pernyataan bahwa AS sudah mengeksekusi pria dengan gangguan jiwa. Padahal dilarang oleh hukum federal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com