Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilarang Berserikat hingga Berekspresi, Pelanggaran HAM Korea Utara Dikecam AS dan Aliansinya

Kompas.com - 12/12/2020, 12:20 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Delapan negara mengecam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Korea Utara setelah melakukan konferensi video tertutup di Dewan Keamanan PBB yang diselenggarakan oleh Jerman pada Jumat (11/12/2020).

Dalam konferensi virtual, di antaranya hadir perwakilan dari AS, Perancis, Inggris, Jepang, Estonia, Belgia, dan Republik Dominika.

"Situasi hak asasi manusia di DPRK (Korea Utara) mengerikan dan semakin buruk dari hari ke hari," kata kedelapan dalam deklarasi bersama yang dibacakan oleh duta besar Jerman Christoph Heusgen seperti yang dilansir dari AFP pada Sabtu (12/12/2020).

Baca juga: Korea Utara dapat Sanksi Internasional, China Tetap Beli Batubara dari Pyongyang

Disebutkan bahwa hampir semua hak asasi manusia setiap individu dilucuti, seperti kebebasan berekspresi, berkumpul secara damai, berserikat, bergerak, dan beragama atau memiliki kepercayaan, di antara banyak lainnya.

"Kebebasan media tidak ada, juga tidak ada kemungkinan oposisi politik terhadap cengkeraman ketat rezim terhadap rakyatnya," ujar mereka.

Deklarasi bersama tersebut secara khusus mengkritik "sistem kamp penjara politik yang telah berlangsung lama di Korea Utara".

Baca juga: Klaim Korea Utara Nol Kasus Covid-19 Dipertanyakan, Adik Kim Jong Un Marah

Di kamp tersebut diungkapkan, "ratusan ribu warga Korea Utara, termasuk anak-anak, telah meninggal sebagai akibat dari penyiksaan, kerja paksa, eksekusi cepat, kelaparan, kekerasan berbasis seksual dan gender serta bentuk perlakuan tidak manusiawi lainnya."

Diungkapkan juga bahwa "saat kita berbicara, 100.000 tahanan semakin menderita secara mengerikan karena dianiaya dan disiksa setiap hari."

Baca juga: Korea Utara Punya Kamp Karantina Covid-19 Rahasia, 50.000 Orang Dilaporkan Tewas di Sana

"Pelanggaran hak asasi manusia yang berkali-kali lipat dan berat yang dilakukan oleh negara, khususnya kekerasan seksual dan berbasis gender, tidak terbayangkan. Mereka harus segera dihentikan," tuntut delapan negara tersebut.

Mereka juga menyerukan pembebasan "warga Jepang dan Korea Selatan yang diculik" di Korea Utara.

Baca juga: Langgar Aturan Covid-19, Seorang Warga Korea Utara Dieksekusi di Depan Umum

Dalam konferensi tersebut disimpulkan bahwa "situasi mengerikan itu, jika tidak dianggap situasi tragis dari populasi Korea Utara, itu karena kebijakan sinis rezim, menempatkan senjata nuklir sebagai yang pertama dan makanan untuk rakyatnya sebagai yang terakhir."

Antara 2014 dan 2017, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan publik tahunan tentang pelanggaran H.

Sejak 2018, penentangan oleh Rusia, China, dan sejumlah kecil anggota dewan telah mencegah sesi publik ini.

Baca juga: Korea Utara Tolak Bantuan Beras, Korsel Minta Ganti Uang ke WFP, Kenapa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com