BRUSSELS, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus curahkan "rasa sakit pribadinya" tentang konflik di kampung halamannya di Etiopia yang "memburuk".
"Selain Covid-19, pada 2020 telah sangat sulit bagi saya karena negaraku dalam masalah," ucap Tedros kepada wartawan dalam konferensi pers terakhir WHO 2020 tentang pandem pada Senin (28/12/2020).
Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2020, memerintahkan pasukan ke wilayah utara Tigray pada 4 November.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona Dorong Lonjakan Kasus Covid-19 di Afrika Selatan
Operasi itu disebutkan sebagai tanggapan atas dugaan serangan di kamp-kamp tentara federal oleh partai yang mengatur regional, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Menurut International Crisis Group, pertempuran di Tigray telah menyebabkan ribuan orang tewas dan mengirim puluhan ribu pengungsi melintasi perbatasan ke Sudan.
Melansir Al Jazeera pada Senin (28/12/2020), Tedros, merupakan orang Trigay dengan profil tertinggi di dunia.
Dalam konfersi pers WHO, ia mengungkapkan memiliki banyak kerabat di wilayah yang berkonflik, "meliputi adik laki-laki saya, dan saya tidak tahu, di mana mereka berada."
Baca juga: Kasus Varian Baru Virus Corona di Inggris Terdeteksi Berasal dari Afrika Selatan
"Saya belum berkomunikasi dengan mereka karena komunikasi tidak ada," ucap Tedros.
Etiopia membatasi akses media ke wilayah yang dilanda konflik dan Tigray berada dalam pemadaman total komunikasi selama 6 pekan, karena konflik berkecamuk antara pasukan federal dan regional.
Tedros yang selama setahun terakhir berada di garis depan dalam upaya mengkoordinasikan tanggapan global terhadap pandemi Covid-19, mengatakan ketegangan konflik tambahan itu secara pribadi berat.
“Seolah Covid-19 saja tidak cukup, saya juga merasakan sakit pribadi itu,” katanya.
Baca juga: Konflik Etiopia: Roket dari Tigray Hantam Eritrea Lagi
“Saya khawatir tentang seluruh negeri. Saya tidak bisa tidak mengkhawatirkan adik laki-laki atau kerabat saya sendirian karena situasinya memburuk," curahnya.
Pada November, pemerintah Etiopia menuduh Tedros, yang dari 2005-2012 menjabat sebagai menteri kesehatan di bawah pemimpin TPLF saat itu Meles Zenawi, melobi dan berusaha mempersenjatai para pemimpin kawasan.
Tedros membantah tuduhan itu dalam sebuah tweet, mengatakan dia telah melihat sifat perang yang merusak sebagai seorang anak, dan telah "menggunakan pengalaman langsung itu agar selalu bekerja untuk perdamaian".
“Ada laporan yang menunjukkan bahwa saya memihak dalam situasi ini. Ini tidak benar," tulisnya.
Baca juga: Konflik Etiopia: Pemimpin Pasukan Tigray Belum Mau Menyerah
“Saya ingin mengatakan bahwa saya hanya di satu sisi, dan itu adalah sisi perdamaian,” ucapnya.
Selama konferensi pers Senin (28/12/2020), Tedros mengakui bahwa ia mengkhawatirkan pandemi Covid-19 dan konflik di Etiopia yang "sangat sulit".
Namun, dia mengakhiri komentarnya dengan nada optimis, menyuarakan kegembiraan karena menjadi seorang kakek 2 bulan lalu.
"Saya khawatir, mengingat dua situasi sulit yang sedang terjadi, tentang cucu saya, tetapi pada saat yang sama, melihat dia, saya melihat harapan," pungkasnya.
Baca juga: Serangan Fajar Kelompok Bersenjata Kembali Terjadi, 207 Warga Etiopia Tewas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.