Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Dilanda Pandemi, Sistem Perawatan Kesehatan di Romania Tetap Karut-Marut

Kompas.com - 22/12/2020, 12:36 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Sistem perawatan kesehatan hanya menerima antara 5 persen hingga 6 persen dari produk domesti bruto (PDB) Romania - sekitar setengah dari rata-rata Uni Eropa.

Institut Klinik Fundeni tempat Dana Tomescu bekerja merupakan salah satu yang terbaik di Romania.

Dengan bantuan donasi, klinik tersebut mampu meningkatkan kapasitas untuk merawat pasien Covid-19 dengan menyiapkan tempat tidur perawatan intensif tambahan, bersama dengan peralatan teknis yang diperlukan.

Namun, masalah lain muncul, mereka kini tidak memiliki cukup banyak personel.

Baca juga: [VIDEO] Joe Biden Disuntik Vaksin Covid-19 di Depan Umum, Minta Rakyat AS Tak Ragu

Dokter lain yang bekerja di Romania mengungkapkan hal yang sama. "Bukan tempat tidur yang merawat pasien!" kata dokter tersebut.

"Anda dapat menyiapkan 7.000 tempat tidur ICU baru dan masih belum menyelesaikan masalah, karena tidak ada cukup dokter, perawat, atau pengasuh untuk merawat pasien perawatan intensif ini. Para dokter telah meninggalkan negara ini," katanya dengan getir.

Sebuah studi OECD pada Mei 2020 menunjukkan bahwa sepertiga dari dokter terlatih Romania bekerja di luar negeri.

Artinya, Romania memiliki angka emigrasi dokter tertinggi di dunia, disusul Zimbabwe, Belize, dan Republik Dominika.

Menurut Asosiasi Medis Jerman, pada 2019 mayoritas dokter asing yang bekerja di Jerman berasal dari Romania.

Baca juga: Thailand Gelar Pilkada di Tengah Protes Massa dan Pandemi Covid-19

Menghadapi tantangan dari kelompok skeptis Covid-19

Selain buruknya manajemen dan upah yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, para dokter Romania juga harus menghadapi tuduhan tidak masuk akal dari kelompok yang tidak mempercayai pandemi Covid-19.

Orang-orang berunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan seperti "Dokter pembohong!” dan "Jatuhkan kediktatoran para dokter!”

"Mereka adalah orang-orang yang tidak tertarik untuk mendengarkan argumen karena mereka merasa sudah mengetahui semuanya," kata Tomescu.

"Saya ingin mengundang mereka yang skeptis atas Covid-19 untuk mengunjungi kami sehingga mereka dapat melihat bagaimana kami bekerja dengan pasien Covid-19. Mereka harus mengalami bagaimana rasanya ketika kami kehilangan pasien yang meninggal karena penyakit yang belum pernah kami lihat sampai beberapa waktu yang lalu," tutur Tomescu.

Dengan begitu, Tomescu berpendapat bahwa orang yang skeptis dengan Covid-19 akhirnya akan mengerti apa yang dihadapi para dokter sehari-hari dan mulai menerapkan protokol kesehatan salah satunya menjaga jarak.

Baca juga: Studi: Covid-19 Nyaris Tiga Kali Lebih Mematikan Daripada Flu Biasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com