Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Tolak Bantuan Beras, Korsel Minta Ganti Uang ke WFP, Kenapa?

Kompas.com - 03/12/2020, 11:34 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Badan terkemuka antar-Korea di Seoul mengatakan pada Senin (30/11/2020) bahwa pihak mereka sedang bernegosiasi dengan Program Pangan Dunia (WFP) untuk mengganti 50.000 ton bantuan beras yang ditolak Pyongyang, Korea Utara dalam bentuk uang.

Melansir Joong Ang Daily, Juru bicara Kementerian Unifikasi Yoh Sang-key mengatakan bahwa pemerintah Korea Selatan berharap bisa memperoleh 11,77 juta dollar AS bantuan dari WFP untuk mengelola proyek bantuan tahun ini karena tidak ada kemajuan akibat kurangnya respons dari Korea Utara.

Proyek itu disusun tahun lalu, dimaksudkan Seoul sebagai niat baik dan harapan mereka terhadap Pyongyang di tengah kebuntuan negosiasi denuklirisasi.

Baca juga: Khawatir Air Laut Terinfeksi Virus Corona, Kim Jong Un Larang Rakyatnya Tangkap Ikan

Rencana proyek itu adalah mengirim bantuan pangan berupa beras sebesar 50.000 ton ke Korea Utara melalui WFP. 

Proyek itu merupakan yang pertama kalinya dalam satu dekade, pemberian bantuan pangan dari Selatan ke Utara.

Namun, beberapa minggu setelah Seoul menyetujui sumbangan itu dikirim akhir Juli 2019, pejabat Korea Utara mengatakan kepada WFP bahwa mereka tidak menginginkan bantuan tersebut.

Baca juga: Bantu Jutaan Orang Kelaparan di Dunia, Program Pangan Dunia Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2020

Meski ditolak tanpa alasan, para pejabat Seoul mengira penolakan itu sebab latihan gabungan militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat pada musim panas tahun lalu.

Akhirnya, menurut Juru bicara Yoh, bantuan itu ditukar dengan uang dan dialihkan ke anggaran pemerintah Korsel untuk proyek kerja sama antar-Korea.

Padahal, tahun ini, Korea Utara menghadapi krisis pangan besar yang diyakini memengaruhi sekitar 10 juta orang, 40 persen dari populasi yang ada di negara itu menurut keterangan PBB.

Penguncian perbatasan dengan China, mitra dagang terbesar Korut sejauh ini meningkatkan kenaikan harga makanan pokok di Korut.

Baca juga: Kim Jong Un Ancam Beri Hukuman bagi Warga Korut yang Sisakan Makanan

Pelapor khusus PBB untuk Korea Utara, Tomás Ojea Quintana, mengatakan pada bulan Juni bahwa banyak keluarga di Korut hanya makan dua kali sehari, atau hanya makan jagung, dan beberapa dari mereka kelaparan, sebelum akhirnya mendesak bantuan kemanusiaan untuk segera dikirimkan ke negara itu.

Selain itu, para pakar dari Korea Selatan percaya hujan lebat, banjir, dan topan yang melanda semenanjung selama musim panas tahun ini berdampak besar pada produksi biji-bijian di Utara.

Program anti-epidemi intensitas tinggi yang dilakukan secara nasional juga diyakini telah menyerap banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan biji-bijian dan pupuk, ungkap Choi Yong-ho, seorang peneliti di Institut Ekonomi Pedesaan Korea Selatan dalam laporannya.

Baca juga: Kekurangan Makanan, Rakyat Korea Utara Diimbau Makan Kura-kura

Choi Yong-ho mengusulkan agar Seoul memilih pendekatan strategis untuk membantu Korea Utara pada saat yang dibutuhkan dengan menyediakan makanan dan pupuk, dan membujuk Korut untuk menerima bantuan melalui saluran komunikasi lokal dan swasta.

Karena adanya kekhawatiran atas kesulitan pangan di Korea Utara, komite Dewan Keamanan PBB menyetujui perpanjangan periode pembebasan sanksi internasional atas bantuan kemanusiaan dan merevisi pedoman untuk mempercepat pengiriman bantuan ke negara tersebut, menurut situs web komite sanksi Korea Utara pada Selasa (2/12/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com