Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/12/2020, 18:44 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber CBS News

TOKYO, KOMPAS.com – Alarm peringatan kesehatan mental warga Jepang selama pandemi Covid-19 sudah berbunyi sejak pertengahan musim panas lalu.

Pendiri layanan konseling online di Jepang, Koki Ozora mengatakan sudah banyak warga jepang, utamanya wanita muda menggunakan jasanya.

"Pada Juli, kami mulai mendapat banyak pesan dari orang-orang yang mengatakan mereka ingin bunuh diri," katanya kepada CBS News.

Ozora, 21 adalah seorang mahasiswa jurusan Sosiologi di Universitas Keio elit Tokyo. Ia meluncurkan layanan pesan teksnya pada bulan Maret.

Ini adalah subjek yang ia kenal sebab sebelumnya ia selamat dari percobaan bunuh diri berkat intervensi dari seorang guru sekolah menengah yang siaga.

Sadar bahwa permintaan untuk konseling memuncak ketika kebanyakan hotline ditutup, pada larut malam,

Ozora merekrut jaringan relawan Jepang yang tinggal di luar negeri, yang dapat menanggapi pesan sepanjang malam waktu Jepang.

Pada 3 November, layanannya telah mengirimkan lebih dari 300.000 pesan dari hampir 26.000 klien di Jepang.

"Ada sejumlah hotline seperti kami, tapi kebutuhannya sangat besar," katanya. "Terlalu banyak panggilan yang harus kita tangani."

Baca juga: Penting Jaga Kesehatan Mental Remaja Selama Masa Pandemi, Caranya?

Adapun, Psikiater Tokyo Chiyoko Uchida melihat banyak klien wanita tertekuk di bawah beban yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona.

"Kehidupan pasien saya telah terbalik," katanya kepada CBS News.

Kasus bunuh diri dilaporkan merenggut lebih banyak orang di "Negeri Sakura" daripada pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi, kasus bunuh diri terus terjadi pada pria Jepang. Mereka cenderung tidak mencari bantuan.

Laki-laki menyumbang sekitar dua pertiga dari 2.158 kematian yang disebabkan oleh diri sendiri, yang tercatat pada Oktober menurut statistik Kementerian Kesehatan yang dirilis minggu lalu.

Kasus bunuh diri pria meningkat lebih dari 20 persen pada bulan lalu, dibandingkan bulan yang sama di 2019.

Halaman:
Sumber CBS News
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com