ANKARA, KOMPAS.com - Pengadilan Turki memenjarakan 337 mantan pilot dan tersangka lainnya seumur hidup dalam salah satu persidangan terbesar yang berasal dari upaya kudeta pada 2016 terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Fethullah Gulen, seorang pengkhotbah Muslim yang berbasis di AS yang pernah menjadi sekutu Erdogan, dituduh memerintahkan kudeta yang gagal.
Gulen, yang gerakannya telah dilarang sebagai kelompok teroris oleh Ankara, membantah keras semua tuduhan itu, seperti yang dilansir dari AFP pada Kamis (26/11/2020).
Sebanyak 251 orang tewas dan lebih dari 2.000 lainnya terluka dalam aksi kudeta yang berubah menjadi momen menentukan pemerintahan Erdogan dan politik Turki kontemporer.
Baca juga: Presiden Erdogan Ajak Dialog Uni Eropa untuk Masa Depan Turki
Ruang sidang terbesar di negara itu dipenuhi puluhan personel keamanan dan pengacara. Hakim ketua pun memerintahkan seorang terdakwa yang memprotes untuk "Duduk!" beberapa kali sebelum membacakan putusan.
Dia menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada pilot angkatan udara yang tidak puas yang mengebom ibu kota Ankara dan warga sipil yang mengatur upaya kudeta dari dalam pangkalan militer Akinci dekat ibu kota.
Dokumen pengadilan yang diperoleh AFP menunjukkan 337 terdakwa dijatuhi hukuman seumur hidup, karena pembunuhan, melanggar perintah konstitusional, dan mencoba membunuh Erdogan.
Enam puluh tersangka dijatuhi hukuman penjara dengan jangka waktu yang berbeda-beda, sementara 75 orang dibebaskan.
Vonis lengkap diharapkan dipublikasikan secara resmi pada Kamis malam.
Baca juga: Macron Tuduh Rusia dan Turki Kampanyekan Sentimen Anti-Perancis di Afrika
"Keadilan telah dijalankan," kata Ufuk Yegin, yang mewakili asosiasi keluarga korban, kepada AFP.
"Kami yakin hukuman diberikan sesuai dengan hukum yang ada," tambahnya.
Kepala staf jenderal Hulusi Akar, yang sekarang menjabat sebagai menteri pertahanan, dan komandan tertinggi lainnya disandera di pangkalan militer selama 1 malam, sebelum penyelamatan mereka pada pagi hari pada 16 Juli 2016.
Jet tempur F-16 menghantam gedung parlemen, jalan dekat istana presiden dan markas pasukan khusus serta polisi Ankara.
Baca juga: Erdogan Janjikan Reformasi Ekonomi, Demokrasi, dan Peradilan untuk Hubungan Turki-AS Lebih Baik
Erdogan sedang berlibur di Turki selatan pada saat itu.
Bom tersebut menewaskan 68 orang di ibu kota dan melukai lebih dari 200 orang. Sembilan warga sipil juga tewas saat mencoba menghentikan komplotan di pintu masuk pangkalan.