Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum juga Respons Kemenangan Biden, Pakar: Kim Jong Un Kecewa Berat Trump Kalah Pilpres AS

Kompas.com - 15/11/2020, 14:54 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara diperkirakan kecewa Donald Trump tidak memenangkan pilpres AS, karena hingga saat ini negara komunis itu masih belum merespons kemenangan Joe Biden sebagai presiden terpilih AS.

Menurut para analis, sangat tidak mungkin presiden terpilih Joe Biden menjadi kandidat pilihan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

Presiden Donald Trump sangat unik di antara para pemimpin Amerika karena kesediaannya untuk secara pribadi terlibat dengan Kim, memberinya rasa legitimasi di panggung dunia.

"Saya pikir Korea Utara kecewa karena Trump tidak menang," kata Duta Besar Joseph Yun dan mantan perwakilan khusus AS untuk kebijakan Korea Utara di bawah Presiden Obama dan Trump.

Baca juga: Pertama Kalinya, Individu Korea Utara Miliki Akun Twitter

Seperti yang dilansir dari CNN pada Minggu (15/11/2020), Yun berucap lagi, "Bagi mereka, Trump adalah refleksi dari pencapaian besar, mereka memiliki 3 pertemuan puncak, pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Hubungan yang sangat tidak biasa itu digarisbawahi oleh surat-surat yang tak terhitung jumlahnya, yang digambarkan oleh Trump sebagai "surat cinta", yang dipertukarkan oleh kedua pria itu selama 4 tahun masa jabatan Trump.

Biden, di sisi lain, bersikap brutal dalam kritiknya terhadap keterlibatan Trump dengan Kim, yang menurut presiden terpilih itu melemahkan sanksi AS.

Biden menyebut Kim sebagai "preman" selama debat presiden terakhir dan sangat kritis terhadap Korea Utara selama kampanye presiden tahun ini.

Baca juga: Korea Utara Coba Mengatasi Rokok, Padahal Kim Jong Un Perokok Berat

Tidak jelas apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap pemerintahan Biden dengan Korea Utara.

Dia telah menguraikan prioritasnya untuk memasuki Gedung Putih dan hubungan AS-Korea Utara tidak ia singgung, juga tidak akan ada laporan tentang agenda pertemuan dalam waktu dekat dengan Korea Utara.

Tidak seperti Trump, Biden telah menjelaskan bahwa dia tidak ingin duduk bersama Kim tanpa prasyarat.

Namun, preseden menunjukkan bahwa Korea Utara memiliki kecenderungan untuk melakukan semacam provokasi pada tahap awal pemerintahan baru AS.

Baca juga: Korea Utara Dilaporkan Melatih Lumba-lumba untuk Siap Berperang

Pyongyang menembakkan rudal hanya beberapa pekan setelah Presiden Trump dilantik pada pada 2017, mengatur nada untuk tahun yang bergejolak dan tegang.

Para pakar Korea Utara memiliki perbedaan pendapat tentang kemungkinan negara itu melakukan hal yang sama untuk memberikan tanda kepada Biden.

"Orang Korea Utara sering mengirim telegram tentang apa yang akan mereka lakukan," kata John Delury, seorang profesor di Universitas Yonsei Seoul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com