Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Myanmar, Partai Suu Kyi Resmi Menang Telak di Atas 50 Persen

Kompas.com - 13/11/2020, 15:51 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

YANGON, KOMPAS.com - Partai Aung San Suu Kyi kembali menang dan mendapat mayoritas mutlak di pemilu Myanmar pada Jumat (13/11/2020).

Partai National League for Democracy (NLD) miliknya sebelumnya telah mendeklarasikan kemenangan telak berdasarkan penghitungannya sendiri, dan membuat para pendukungnya merayakan di jalan.

Hasil yang diumumkan oleh komisi pemilihan pada Jumat menunjukkan NLD memenangkan 346 kursi atau lebih dari 50 persen parlemen, sebagaimana diwartakan AFP.

Baca juga: Pemilu Myanmar: Partai NLD yang Dipimpin Aung San Suu Kyi Klaim Kemenangan

Partai ini berada di jalur yang tepat untuk meningkatkan kemenangan telaknya pada 2015, meski banyak kekecewaan di banyak daerah etnis minoritas.

NLD mengalahkan Union Solidarity and Development Party (USDP) yang hanya memenangkan 25 kursi. Namun USDP menuding pemilu ini tidak bebas dan tidak adil, lalu menuntut Komisi Pemilihan Umum (UEC) mundur dan mengulang pemungutan suara.

Khin Zaw Win analis yang berbasis di Yangon memperingatkan, beberapa bulan mendatang akan kacau, karena konsekuensi dari UEC yang diisi orang-orang tidak kompeten.

Dalam undang-undang Myanmar pemerintah yang menunjuk semua anggota UEC.

Baca juga: Lucuti Hak Pilih Etnis Minoritas Termasuk Rohingya, Pemilu Myanmar Dinilai Apartheid

Akan tetapi Ricard Horsey dari International Crisis Group berujar, kalaupun hasil dibatalkan margin kemenangan NLD sangat besar sehingga tidak akan mengubah hasil keseluruhan.

Perdana Menteri India Narendra Modi sudah menulis di Twitter untuk menyelamati Suu Kyi, dan berharap kemenangannya dapat memperkuat ikatan persahabatan tradisional antara kedua negara yang bertetangga tersebut.

Para pengamat banyak yang menyimpulkan pemilu Myanmar berlangsung lancar, meski jumlah pemilih rendah karena pandemi virus corona.

Baca juga: Pemilu Myanmar: Etnis Minoritas Dipinggirkan, Untungkan Jenderal dan Partai Besar

Namun mereka mengecam tudingan kurangnya transparansi UEC dan pembatalan pemilihan di banyak daerah etnis minoritas karena alasan keamanan.

Grup-grup hak asasi manusia juga mengecam pemilu Myanmar, yang membuat hampir semua Muslim Rohingya dicabut haknya, dengan mendekam di kamp pengungsi Bangladesh atau dicabut kewarganegaraannya di Myanmar.

Meski reputasi internasional Suu Kyi tercoreng akibat krisis Rohingya dan Myanmar menghadapi tuduhan genosida, wanita 75 tahun tersebut tetap dihormati secara luas di Myanmar.

Baca juga: Pemilu Myanmar Tinggal Menghitung Hari, Aung San Suu Kyi Kemungkinan Menang Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com