YANGON, KOMPAS.com - Partai Aung San Suu Kyi kembali menang dan mendapat mayoritas mutlak di pemilu Myanmar pada Jumat (13/11/2020).
Partai National League for Democracy (NLD) miliknya sebelumnya telah mendeklarasikan kemenangan telak berdasarkan penghitungannya sendiri, dan membuat para pendukungnya merayakan di jalan.
Hasil yang diumumkan oleh komisi pemilihan pada Jumat menunjukkan NLD memenangkan 346 kursi atau lebih dari 50 persen parlemen, sebagaimana diwartakan AFP.
Baca juga: Pemilu Myanmar: Partai NLD yang Dipimpin Aung San Suu Kyi Klaim Kemenangan
Partai ini berada di jalur yang tepat untuk meningkatkan kemenangan telaknya pada 2015, meski banyak kekecewaan di banyak daerah etnis minoritas.
NLD mengalahkan Union Solidarity and Development Party (USDP) yang hanya memenangkan 25 kursi. Namun USDP menuding pemilu ini tidak bebas dan tidak adil, lalu menuntut Komisi Pemilihan Umum (UEC) mundur dan mengulang pemungutan suara.
Khin Zaw Win analis yang berbasis di Yangon memperingatkan, beberapa bulan mendatang akan kacau, karena konsekuensi dari UEC yang diisi orang-orang tidak kompeten.
Dalam undang-undang Myanmar pemerintah yang menunjuk semua anggota UEC.
Baca juga: Lucuti Hak Pilih Etnis Minoritas Termasuk Rohingya, Pemilu Myanmar Dinilai Apartheid
Akan tetapi Ricard Horsey dari International Crisis Group berujar, kalaupun hasil dibatalkan margin kemenangan NLD sangat besar sehingga tidak akan mengubah hasil keseluruhan.
Perdana Menteri India Narendra Modi sudah menulis di Twitter untuk menyelamati Suu Kyi, dan berharap kemenangannya dapat memperkuat ikatan persahabatan tradisional antara kedua negara yang bertetangga tersebut.
Para pengamat banyak yang menyimpulkan pemilu Myanmar berlangsung lancar, meski jumlah pemilih rendah karena pandemi virus corona.
Baca juga: Pemilu Myanmar: Etnis Minoritas Dipinggirkan, Untungkan Jenderal dan Partai Besar
Namun mereka mengecam tudingan kurangnya transparansi UEC dan pembatalan pemilihan di banyak daerah etnis minoritas karena alasan keamanan.
Grup-grup hak asasi manusia juga mengecam pemilu Myanmar, yang membuat hampir semua Muslim Rohingya dicabut haknya, dengan mendekam di kamp pengungsi Bangladesh atau dicabut kewarganegaraannya di Myanmar.
Meski reputasi internasional Suu Kyi tercoreng akibat krisis Rohingya dan Myanmar menghadapi tuduhan genosida, wanita 75 tahun tersebut tetap dihormati secara luas di Myanmar.
Baca juga: Pemilu Myanmar Tinggal Menghitung Hari, Aung San Suu Kyi Kemungkinan Menang Lagi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.