Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Myanmar Tinggal Menghitung Hari, Aung San Suu Kyi Kemungkinan Menang Lagi

Kompas.com - 06/11/2020, 13:49 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Rakyat Myanmar akan memberikan suaranya dalam pemilihan umum (pemilu) Myanmar pada Minggu (8/11/2020).

Ada sekitar 37 juta pemilih terdaftar, meskipun jumlah pemilih diperkirakan akan turun karena lonjakan kasus virus corona baru-baru ini.

Pada 2015, Myanmar memasuki babak baru setelah terlepas dari pemerintahan junta militer menuju demokrasi sebagaimana dilansir dari Associated Press, Jumat (6/11/2020).

Peraih Hadiah Nobel Perdamaian sekaligus politikus daru Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) Aung San Suu Kyi (75) meraup kemenangan gemilang dalam pemilu Myanmar pada 2015.

Suu Kyi lalu menjadi pemimpin Myanmar setelah bertahun-tahun berjuang dengan damai melawan kediktatoran militer yang sehingga menarik kekaguman dunia internasional.

Baca juga: Caleg di Myanmar Ini Merayu Pemilih dengan Sembako Murah

Tahun ini, partainya diprediksi kembali memenangi pemilu, tetapi sejumlah pengkritik merasa pemerintahannya gagal merangkul prinsip-prinsip demokrasi.

Peluang untuk mereformasi Myanmar sepenuhnya dari cengeraman militer sepertinya masih jauh api dari panggangan.

Pasalnya, konstitusi negara yang dikeluarkan pada 2008, yang dirancang oleh junta militer kala itu, menjamin cukup kursi di Parlemen Myanmar bagi militer.

Para kritikus menuduh Suu Kyi dan partainya lebih peduli untuk memperkuat kekuasannya daripada mendorong demokrasi yang lebih luas.

“Kali ini, baik Aung San Suu Kyi maupun partainya tidak membawa demokrasi ke Myanmar. Sebaliknya, mereka mencoba membawa sistem demokrasi satu partai,” kata Khin Zaw Win, Direktur Tampadipa Institute, sebuah kelompok advokasi kebijakan yang berbasis di Yangon.

Baca juga: Jelang Pemilu Myanmar, Aung San Suu Kyi Klaim Covid-19 Terkendali di Yangon

Melemahkan pihak lain berarti hanya ada sedikit perdebatan nyata tentang kebijakan selama kampanye. Khin menambahkan Myanmar membutuhkan perpaduan politik yang lebih baik.

Bahkan proses pemungutan suara telah menjadi kontroversi, karena komisi pemilihan negara telah dituduh berkomplot dengan partai Suu Kyi.

Komisi pemilu Myanmar dituduh membatalkan pemungutan suara di beberapa wilayah di mana partai-partai yang kritis terhadap pemerintah dipastikan memenangi kursi di Parlemen Myanmar.

Sementara itu, komisi pemilu berkeras bahwa pemungutan suara dibatalkan karena adanya konflik bersenjata dengan gerilyawan etnis di daerah itu.

Keputusan itu adalah salah satu dari beberapa poin yang dikritik pekan lalu oleh Thomas Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia (HAM) di Myanmar.

Baca juga: Dihantam Pandemi dan Krisis Parah, Warga Miskin Myanmar Makan Tikus

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com