WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden terpilih AS, Joe Biden telah mengeluarkan wacana untuk menentukan posisinya terhadap Arab Saudi dan perang di Yaman.
Dalam 2 tahun terakhir, Biden telah mengatakan bahwa "sangat sedikit nilai penebusan sosial" yang telah dilakukan pemerintah Arab Saudi, dibandingkan tindakan yang telah membunuh "anak-anak...dan orang-orang tidak berdosa" di Yaman, yang menjadi negara "paria".
“Di bawah pemerintahan Biden-Harris, kami akan menilai kembali hubungan kami dengan kerajaan (Arab Saudi), mengakhiri dukungan AS untuk perang Arab Saudi di Yaman, dan memastikan Amerika tidak menjual senjata atau membeli minyaknya,” kata Biden pada Oktober.
Pernyataan yang kuat itu secara luas digaungkan juga oleh Partai Demokrat. Hanya dalam sepekan terakhir, Perwakilan AS, Ro Khanna, menulis di Twitter bahwa Demokrat akan "berhenti mendanai perang Saudi di Yaman".
Melansir Al Jazeera pada Rabu (11/11/2020), alasan Demokrat untuk menghukum Arab Saudi ini jelas, bahwa perang berkelanjutan di Yaman tidak manusiawi.
Terjadi pembunuhan pembangkang Saudi, Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018, adalah salah satu pertimbangannya.
Baca juga: Kemenlu AS Diduga Blokir Pesan dari Para Pemimpin Dunia untuk Joe Biden
Namun pada masa pemerintahan Trump, AS mendukung secara terbuka sepanjang urusan dengan Arab Saudi.
Selain antipati bersama untuk Iran, Arab Saudi adalah tujuan kunjungan luar negeri pertama Presiden Donald Trump.
Trump sesumbar bahwa dia melindungi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), setelah kasus pembunuhan Khashoggi menyebar.
Di sisi lain, banyak pihak Demokrat menyerukan MBS untuk dimintai pertanggungjawaban.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan