Ulrichsen mengatakan kebijakan baru terhadap Arab Saudi ini akan meluas ke penjualan senjata.
“Mengingat bahwa penasihat di sekitar Biden telah mempertahankan komitmen untuk membantu mempertahankan Arab Saudi dari musuh regional, saya membayangkan akan ada lebih banyak fokus untuk memastikan bahwa setiap penjualan senjata akan bersifat defensif daripada ofensif,” kata Ulrichsen.
Seperempat dari penjualan senjata AS dalam 5 tahun antara 2014 dan 2019 didistribusikan ke Arab Saudi.
Menurut Stockholm International Peace Resesarch Institute, ada kenaikan penjualan 7,4 persen pada 2010-2014.
Arab Saudi memulai keterlibatan militernya dalam perang di Yaman pada Maret 2015.
Baca juga: Mirip dengan di Indonesia, Ini Tantangan Joe Biden jika Jadi Presiden AS
Selain miliaran dollar AS dalam penjualan senjata, AS memberikan dukungan logistik dan intelijen untuk upaya perang Saudi di Yaman.
Pada April 2019, resolusi bipartisan untuk mengakhiri keterlibatan Amerika dalam perang disahkan oleh kedua majelis Kongres, tapi Trump melayangkan veto resolusi tersebut.
Pada saat itu, presiden membela tindakannya dengan mengatakan perdamaian di Yaman hanya bisa datang melalui "penyelesaian yang dinegosiasikan".
Pertanyaannya sekarang adalah apakah Biden akan lebih beruntung dalam menghasilkan solusi.
"Saya pikir pemerintahan Biden dapat memiliki dampak yang sangat positif dalam mengakhiri perang di Yaman," kata Gregory Johnsen, mantan anggota Panel Ahli Dewan Keamanan PBB untuk Yaman.
"Memang, AS mungkin satu-satunya negara, yang jika memang berniat, dapat memberikan tekanan diplomatik yang cukup pada Arab Saudi untuk mengakhiri perang di Yaman," lanjut Johnsen.
Namun, mengakhiri keterlibatan Saudi di Yaman tidak berarti konflik yang lebih luas di negara itu akan berakhir.
"Mengakhiri perang yang dipimpin Saudi di Yaman adalah langkah pertama, tetapi langkah berikutnya dan yang jauh lebih sulit adalah mengakhiri perang saudara Yaman dan menyatukan kembali negara," kata Johnsen.
Baca juga: Trump dan Partai Republik Tolak Proses Transisi ke Biden
Selain Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, perang di Yaman melibatkan banyak sekali pihak yang bertikai, termasuk pemerintah yang diakui secara internasional, pemberontak Houthi sekutu Iran, dan Dewan Transisi Selatan separatis.
Pertempuran di negara itu telah meningkat selama beberapa bulan terakhir dengan Houthi maju ke Marib, basis kekuatan pemerintah Yaman di utara negara itu, dan rumah bagi populasi besar pengungsi internal.