Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Tali dan Senjata Kayu, Diaspora yang Pulang ke Armenia Berlatih Perang

Kompas.com - 01/11/2020, 12:18 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

YEREVAN, KOMPAS.com - Pecahnya konflik Nagorno-Karabakh pada 27 September mendorong diaspora Armenia di Jerman kembali pulang dan berlatih perang untuk membantu melawan pasukan Azerbaijan.

Aghasi Asatryan, salah satu ekspatriat yang berada ribuan kilometer jauhnya di Jerman, berkarir sebagai spesialis IT.

Melansir Reuters pada Kamis (29/10/2020), warga negara Armenia berusia 29 tahun itu segera mengajukan libur bekerja, dengan alasan masalah keluarga, dan terbang kembali ke Yerevan, kota kelahirannya.

Di lereng bukit di atas ibu kota Armenia, ia memulai latihan tempur di sebuah kamp yang didirikan oleh para veteran perang sebelumnya di Nagorno-Karabakh.

Nagorno-Karabakh adalah daerah pegunungan yang dikendalikan oleh etnis Armenia, tetapi diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.

Baca juga: Rusia Berjanji Bantu Armenia Perang Lawan Azerbaijan jika Terjadi Hal Ini

“Rencana saya adalah bersiap-siap dan pergi ke garis depan,” kata Asatryan. Di bahunya tersampir salinan kayu dari senapan serbu AK-47, alat bantu pelatihan yang diberikan kepada setiap sukarelawan di kamp.

Lebih dari 1.000 orang tewas dalam sebulan bentrokan di Nagorno-Karabakh, yang dianggap Azerbaijan diduduki secara ilegal.

Azerbaijan menolak langkah apa pun untuk membiarkan orang-orang Armenia memegang kendali di Nagorno-Karabakh.

Sementara, Armenia menganggap wilayah itu sebagai bagian dari tanah air bersejarahnya dan mengatakan penduduk di sana membutuhkan perlindungannya.

Asatryan pindah ke Jerman 7 tahun lalu sebagai pelajar, menghindari wajib militer.

Baca juga: Perang Mendekati Wilayah Armenia, Yerevan Minta Bantuan Rusia

Dia tidak pernah bertugas di ketentaraan atau tidak memegang senjata sebelumnya dan mengatakan dia tidak bisa memberitahu atasannya bahwa dia akan pulang untuk berperang

"Bos saya di Jerman tidak akan memahami orang yang ingin berperang," katanya.

“Namun, saya tahu bahwa kami, orang-orang Armenia, tidak akan bertahan selama berabad-abad tanpa memahami bahwa setiap orang harus berjuang untuk tanah airnya,” ujarnya.

Asatryan adalah salah satu dari ratusan relawan dari Argentina dan Amerika Serikat yang telah bergabung dengan VOMA Survival School dalam beberapa pekan terakhir.

Pendirinya, Vova Vartanov, yang bertempur dalam perang 1991-1994 di Nagorno-Karabakh, di mana sekitar 30.000 orang tewas.

Baca juga: Tak Mau Gencatan Senjata, Ini yang Dijanjikan Azerbaijan-Armenia

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com