Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat PM Pakistan kepada Para Pemimpin Negara Mayoritas Muslim: Lawan Islamofobia

Kompas.com - 29/10/2020, 20:37 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Perdana Menteri Pakistan, Imaran Khan, menulis sebuah surat untuk para pemimpin negara mayoritas Muslim, meminita mereka "untuk bertindak secara kolektif melawan pertumbuhan Islamofobia di negara-negara non-Muslim".

Melansir Al Jazeera pada Kamis (29/10/2020), Khan menerbitkan surat itu pada Rabu, tapi tidak dijelaskan kepada para pemimpin negara mana saja surat itu ia kirim.

Sementara, surat itu telah ia unggah ke akun Twitter resminya.

Baca juga: Sebut Islam dalam Krisis, Presiden Macron Tuai Kecaman Umat Muslim di Media Sosial

 

 

Surat itu menyusul teguran Khan kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron pada awal pekan ini, di mana ia menuduh Macron telah "mendorong Islamofobia" dengan langkah-langkah yang dibuat oleh pemerintahnya untuk menangani masalah yang disebut Macron sebagai "separatisme Islam".

Komentar Macron menuduh sekolah agama Muslim melakukan "indoktrinasi" dan mempertahankan "hak untuk mengutuk" kebebasan berekspresi yang memicu kekejaman di berbagai bagian dunia Muslim.

Komentar Macron itu kemudian mendorong seruan untuk pemboikotan berbagai produk Perancis di beberapa negara.

Baca juga: Pemimpin Muslim di Perancis Minta Umat Islam Abaikan Kartun Nabi Muhammad

Pemimpin Perancis mengeluarkan komentarnya tersebut menyusul insiden pembunuhan seorang guru Perancis yang telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada muridnya selama pelajaran, pada awal Oktober.

Dalam surat yang Khan tulis, ia meminta para pemimpin negara mayoritas Muslim untuk bersatu mengatasi masalah yang dia sebut sebagai "gelombang peningkatan Islamofobia dan serangan".

Khan tidak secara eksplisit menyebut Perancis dalam suratnya, tapi dia menyebutkan "pernyataan baru-baru ini di tingkat kepemimpinan...adalah refleksi dari peningkatan Islamofobia yang menyebar di negara-negara Eropa, di mana populasi Muslim yang tinggal di sana cukup besar."

Baca juga: Dianggap Menghina Islam, Presiden Perancis Dikecam Umat Kristen di Arab

Siklus berbahaya

Khan mengatakan para pemimpin negara Eropa tidak memahami "cinta dan ketaatan Muslim di seluruh dunia untuk Nabi (Muhammad) dan kitab sucinya, Al-Quran."

"Akibatnya, sebuah siklus tindakan dan reaksi berbahaya mulai bergerak," tulisnya yang merujuk pada tindakan kekerasan dalam merespons tindakan yang dianggap telah menghina Nabi Muhammad dan Al-Quran.

“Tindakan menyakitkan menghasilkan reaksi dari Muslim karena mereka melihat keyakinan mereka dan Nabi tercinta mereka menjadi target," ujar Khan.

Baca juga: Tragedi Samuel Paty Dorong Diskursus Islam di Perancis

Hal itu, "yang menghasilkan tindakan diskriminatif lebih lanjut oleh pemerintah terhadap populasi Muslim di negara bagian mereka, yang mengakibatkan marjinalisasi Muslim dan penciptaan ruang bagi kelompok radikal sayap kanan untuk mengeksploitasi situasi," jelasnya.

Khan juga mengulangi panggilan yang dia buat dalam sebuah surat kepada pendiri Facebook Mark Zuckerberg pada pekan ini, agar sosok nabi dan Al-Quran diperlakukan setara dengan Holocaust sebagai topik yang tidak dapat dihina, dipertanyakan atau tidak dihormati, di bawah hak kebebasan berbicara.

Sejak berkuasa pada 2018, perdana menteri Pakistan sering mengangkat masalah meningkatnya serangan terhadap Muslim, baik secara fisik maupun melalui tindakan administratif oleh pemerintah terkait, terutama selama pidato tahunannya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Baca juga: Kasus Guru Dipenggal, Perancis Akan Perkuat Kendali Pendanaan terhadap Kelompok Islam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com