Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantai Pasir Putih Buatan di Filipina Memang Indah, Tapi Bisa Picu Bencana Ekologis

Kompas.com - 28/10/2020, 14:17 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Pegiat lingkungan mengkhawatirkan bahaya pasir dolomit buatan di Teluk Manila. Para ilmuwan memperingatkan pasir buatan itu dapat membahayakan kesehatan manusia dan satwa laut.

Pasir putih buatan di sepanjang 500 meter garis pantai Manila, ibu kota Filipina, ditentang keras oleh para pegiat lingkungan.

Daerah Teluk Manila yang awalnya sangat tercemar oleh minyak dan sampah, telah diubah menjadi lokasi pantai pasir putih. Pegiat lingkungan mengatakan bagaimanapun juga, pantai tersebut tetap tidak bersih.

"Ini ilusi. Hanya karena warnanya putih bukan berarti bersih,” kata Lia Mai Torres, direktur eksekutif Center for Environmental Concerns Philippines.

Pasir putih dibuat dari pecahan berton-ton batu dolomit yang bersumber dari sebuah tambang di Cebu, Filipina tengah.

Baca juga: Paus Dukung Legalitas Ikatan Sipil Sesama Jenis, Ini Reaksi Filipina

Para ahli mengatakan sebenarnya penggunaan pasir yang terbuat dari batuan dolomit dalam proyek semacam itu sangat jarang.

Sebagian besar pantai berpasir di seluruh dunia terbentuk dari kuarsa dan feldspar, sedangkan pasir dolomit umumnya digunakan untuk pembangunan jalan.

"Saya tidak pernah menemukan pengisian pasir pantai dengan pasir dolomit," kata Arnaud Vander Velpen, yang memimpin pemantauan dan inovasi di Departemen Pemantauan dan Tata Kelola Pasir UNEP/GRID-Geneva.

Pengisian pasir penting bagi ekosistem

UNEP/GRID-Geneva pada dasarnya mendukung pencarian sumber pasir alternatif agar tidak mengganggu ekosistem di sungai dan lautan saat proses ekstraksi.

Vander Velpen menekankan pentingnya menggunakan pasir yang cocok dengan susunan pasir asli untuk melindungi fauna pantai.

Baca juga: Sejumlah WNI Perempuan yang Terlibat Aksi Bom Bunuh Diri di Filipina

"Jika Anda mengubah karakteristik inti dari pasir asli, pasir orisinal, Anda perlu melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) untuk mengetahui bagaimana hal itu akan berdampak pada ekosistem, dan ekosistem di sekitarnya," kata Velpen kepada DW.

Sayangnya menurut Torres, penilaian seperti itu tidak dilakukan di Manila.

Hanya demi keindahan semata?

Perairan Teluk Manila sebelumnya sangat tercemar oleh minyak dan sampah dari daerah pemukiman dan pelabuhan terdekat. Tanda "dilarang berenang" di lokasi pantai memperingatkan pengunjung untuk menjauh dari laut.

Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina (DENR) membantah bahwa pasir dolomit menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan ekosistem. Namun, para ilmuwan dari Universitas Filipina membantah klaim DENR.

Sebuah pernyataan dari Institute of Biology mengatakan bahwa penggunaan pasir dolomit tidak menyelesaikan tahap rehabilitasi apapun, dan "bahkan lebih merugikan keanekaragaman hayati yang ada serta masyarakat di daerah tersebut”.

Baca juga: Setelah Melahirkan, Istri Terduga Teroris Asal Indonesia Berniat Meledakkan Diri di Filipina

"Pelimpahan dolomit di Teluk Manila telah secara efektif menutupi sebagian zona intertidal (area pasang surut) yang digunakan oleh burung air sehingga mengurangi habitat mereka,” bunyi pernyataan tersebut.

Pada puncak musim migrasi, Teluk Manila adalah rumah bagi 90 spesies burung air, termasuk spesies yang menjadi perhatian konservasi internasional yang menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar.

Selain itu, para ilmuwan Marince Science Institute memperingatkan bahwa menghirup partikel debu dolomit yang halus dalam waktu yang lama dapat "menyebabkan efek kesehatan kronis”.

Efeknya bisa menyebabkan ketidaknyamanan di dada, sesak napas, dan batuk. Mereka juga memperingatkan butiran pasir dolomit akan terkikis selama badai dan mengalir ke laut.

Baca juga: Filipina Usulkan Batas Usia Boleh Berhubungan Seks secara Legal adalah 16 Tahun

Banjir kritikan

Pakar lingkungan mengatakan menutupi pantai dengan pasir buatan tidak mengatasi masalah teluk yang sebenarnya.

Torres dan yang lainnya percaya bahwa cara terbaik untuk membersihkan Teluk Manila bukanlah dengan menambahkan apapun, melainkan membersihkan sampah dan polusi.

Pasir putih buatan di pantai Manila pun nampaknya telah tertiup oleh badai baru-baru ini. DENR mengklaim pasir tidak terhanyut, tetapi mengatakan bahwa pasir keabu-abuan, batu, dan material lainnya menumpuk begitu saja di atas pasir dolomit.

Orang-orang di Manila telah menggunggah foto yang menunjukkan kondisi pantai yang rusak akibat badai.

Pihak berwenang disebut tak menghiraukan kritik karena menghabiskan sekitar 389 juta peso Filipina (Rp 117 miliar) untuk proyek pengisian pasir pantai di tengah pandemi yang menggoyahkan ekonomi.

Baca juga: Gagal Beraksi, Ini Profil WNI yang Hendak Ledakkan Bom Bunuh Diri di Filipina

Aktivis lingkungan sebenarnya merasa khawatir akan dicap sebagai teroris dengan adanya Undang-undang anti-terorisme baru yang kontroversial di Filipina.

Mereka mengatakan bisa ditangkap karena dianggap menghasut ketika berbicara tentang bahaya lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com