Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Lansia Korban Perang Azerbaijan-Armenia: Saya Tidak Akan Pergi

Kompas.com - 14/10/2020, 08:28 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

KARABAKH, KOMPAS.com - Perseteruan Azerbaijan dan Armenia kembali panas setelah sejak pecah pertempuran pada 27 September di Nagorno-Karabakh.

Korban pertempuran tak hanya terdiri atas militer dari kedua belah pihak. Warga sipil pun turut menjadi korbannya.

Salah satu warga yang paling parah terkena dampak perang adalah Kota Terter, bagian utara zona konflik, yang termasuk ke dalam wilayah Azerbaijan.

Banyak di antara warga kota tersebut mengungsi, namun banyak juga yang memilih tetap tinggal dan bersembunyi di dalam bungker bawah tanah.

Salah satu warga yang memilih untuk bersembunyi di bawah tanah adalah Tatyana Pashayeva (56) sebagaimana dilansir dari AFP, Selasa (13/10/2020).

Baca juga: WHO: Pertempuran Azerbaijan-Armenia Telah Membantu Menyebarkan Virus Corona

Bersama dengan lebih dari 20 pria dan wanita, yang kebanyakan lanjut usia (lansia), Pashayeva tinggal di dalam bungker tersebut sejak konflik meletus.

"Saya sangat, sangat ketakutan. Tidak ada yang memperingatkan kami bahwa perang akan segera dimulai," bisik pria tersebut.

Di wilayah tersebut, tim AFP melihat beberapa peluncur roket Azerbaijan melesat dan kemudian menembakkan salvo cepat ke pegunungan Nagorno-Karabakh.

Berulang kali rentetan peluru dan amunisi lainnya menghujani kota yang sepi dan rusak parah beberapa saat kemudian.

"Orang-orang Armenia terus-menerus menembaki kami. Mereka sekarang menembaki kita dengan senjata yang berbeda: dengan rudal, bom, tank, peluncur roket. Mereka menggunakan semuanya," kata seorang pensiunan bernama Akif Aslanov.

Baca juga: Turki dan Rusia Turun Tangan Bahas Konflik Azerbaijan-Armenia

Bersembunyi

Serangan terhadap Kota Terter mirip dengan yang dilakukan pasukan Azerbaijan di ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, dan kota-kota tempat tinggal etnis Armenia lainnya di kawasan itu.

Ada banyak orang di kota tersebut yang memilih untuk tidak melarikan diri. Padahal duel artileri dari kedua belah pihak terus berdentuman.

Mau tidak mau, mereka harus bersembunyi di bungker bawah tanah untuk menyelamatkan nyawa mereka.

Ruang bawah tanah di Terter sederhana: lantai kerikil dan dinding yang mengelupas diterangi dengan remang-remang cahaya lampu.

Beberapa keluarga memiliki radio bertenaga baterai yang mereka gunakan untuk mencari tahu perkembangan terkini ihwal pertempuran yang berkecamuk di atas kepala mereka.

Baca juga: Azerbaijan-Armenia Langgar Gencatan Senjata, Begini Reaksi Uni Eropa

Mereka juga mendaftar untuk mendapatkan jatah makanan pokok yang didistribusikan oleh layanan darurat Azerbaijan selama jeda penembakan berkala.

"Apa lagi yang bisa Anda lakukan? Kami tidak punya pilihan," kata pensiunan lain bernama Roza Aliyeva dari ranjang sudutnya.

Pria lansia berusa 85 tahun itu menderita banyak luka ketika dia jatuh saat berjuang untuk sampai ke ruang bawah tanah selama serangan pertama.

"Kami lari, kami jatuh, kami berdiri lagi, kami terluka, dan sekarang kami di sini, bersembunyi," katanya.

Baca juga: Masih Adu Tembak Seharian, Gencatan Senjata Azerbaijan-Armenia Batal?

"Aku Tidak Akan Pergi"

Kedua belah pihak secara teknis telah menandatangani gencatan senjata kemanusiaan di Moskwa, Rusia, pada Sabtu (10/10/2020) yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan kedua belah pihak membuka pembicaraan lagi.

Tetapi orang-orang Azerbaijan yang berlindung di ruang bawah tanah di Koya Terter mengatakan mereka tidak dapat tidur selama lebih dari dua pekan karena pertempuran tidak pernah berhenti.

"Secara umum, kami tidak bisa tidur," kata Azer Mammadov, seorang veteran pertempuran masa lalu di Karabakh.

"Saat mereka berhenti menembaki selama satu jam setengah jam, kami bisa memejamkan mata dan tidur siang," sambung dia.

Mammadov adalah salah satu dari beberapa pria yang tinggal di ruang bawah tanah yang ikut bertempur dalam konflik Nagorno-Karabakh pada 1990-an.

Baca juga: Sikap Saling Klaim Sejarah, Halangi Perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan

Pertempuran tersebut yang menewaskan 30.000 orang.

Di sisi lain, para wanita lansia di kota tersebut juga menyatakan siap menderita demi mengambil kembali tanah yang mereka anggap sebagai rumah leluhur mereka.

Sariya Makharramova mengatakan dia juga tetap tinggal di Kota Terter ketika konflik berkobar pada 2016.

Pensiunan tua itu mengatakan putra dan cucunya ikut berjuang di garis depan dalam konflik ini. Dia menambahkan tidak bisa meninggalkan kota tersebut.

"Saya tidak pergi pada 1992, saya tidak pergi pada April 2016, tidak pergi juga sekarang - saya tidak akan pernah pergi," tegas Makharramova.

Baca juga: Gencatan Senjata antara Armenia dan Azerbaijan Masih Diwarnai Serangan Rudal dan Tembakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com