Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Korea Selatan Ingin Akhiri Perang dengan Korea Utara

Kompas.com - 23/09/2020, 18:53 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

SEOUL, KOMPAS.com - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan, dia ingin mengakhiri perang dengan Korea Utara demi membangun dialog.

Dalam pidatonya saat Sidang Umum PBB, Moon menuturkan bahwa upaya mengakhiri Perang Korea bisa memberikan jalan bagi denuklirisasi dan perdamaian.

Ajakan untuk berdamai itu dilontarkan Moon Jae-in bertepatan dengan 70 tahun dimulainya Perang Korea, yang berakhir dengan gencatan senjata di 1953.

Baca juga: Nasib Tragis Para Anak Tahanan Perang Korea, Status Sosial Rendah dan Cuma Boleh Kerja Kasar

Perjanjian antara pasukan PBB yang dipimpin AS, China, dan Korea Utara itu memang mengakhiri baku tembak yang terjadi selama tiga tahun.

Namun, gencatan senjata itu hingga saat ini tak pernah digantikan perjanjian damai. Sehingga secara teknis dua Korea masih berperang.

"Waktunya sudah tiba untuk menghapus tragedi yang melingkupi Semenanjung Korea. Perang harus diakhiri demi kebaikan bersama," kata dia.

Dilansir The Sun Selasa (22/9/2020), relasi dua Korea tengah memburuk meski Moon sudah beberapa kali bertemu Pemimpin Korut, Kim Jong Un, sejak 2018.

Moon mengakui "harapan" rekonsiliasi harus terkubur menyusul kolapsnya pertemuan Kim dan Presiden AS Donald Trump pada Februari 2019 di Vietnam.

Presiden "Negeri Ginseng" sejak 2017 itu menuturkan, hanya deklarasi berakhirnya Perang Korea yang bisa menjadi katalis proses perdamaian.

Baca juga: Hilang 70 Tahun, Jenazah Tentara AS Saat Perang Korea Ditemukan Trump di Korut

Menurutnya, dengan menyatakan bahwa perang telah berhenti, maka pintu bagi perdamaian permanen di Semenanjung Korea akan terjadi.

"Saya yakin semuanya dimulai dari pengumuman berakhirnya perang, sebuah langkah yang akan memastikan komitmen damai," paparnya.

Para pakar sebenarnya sudah menyoroti seberapa efektif pengumuman tersebut bisa memberikan dampak kepada upaya menurunkan tensi di sana.

Apalagi, mantan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton sudah menyatakan rezim Kim Jong Un tidak peduli dengan kesepakatan itu.

"Korea Utara sudah memberi tahu kami bahwa mereka tidak peduli. Dalam pandangan mereka itu hanya keinginan Moon saja," jelas Bolton dalam bukunya.

Adapun Perang Korea dimulai ketika kakek Kim Jong Un, Kim Il Sung, melancarkan serangan mendadak ke orang Selatan yang didukung Washington.

Dilaporkan National Geographic, sebanyak 250.000 tentara Korut dan 46.000 serdadu Korea. begitu juga dengan 40.000 prajurit AS tewas.

Baca juga: 27 Juli 1953, Gencatan Senjata Akhiri Perang Korea

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com