Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini, Korea Selatan dan AS Peringati 70 Tahun Perang Korea

Kompas.com - 25/06/2020, 11:28 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Selatan dan Amerika Serikat pada Kamis (25/6/2020) mengafirmasi kembali komitmen mereka dalam mempertahankan "perdamaian yang diperjuangkan dengan keras" di Semenanjung Korea sekaligus menandai peringatan 70 tahun Perang Korea.

Komunis Korea Utara menyerbu Korea Selatan yang didukung AS pada 25 Juni 1950, memicu perang tiga tahun yang membunuh jutaan warga sipil.

Pertempuran itu berakhir dengan gencatan senjata yang sampai saat ini belum berubah menjadi perjanjian damai.

Baca juga: Korea Selatan Minta Korea Utara Hentikan Rencana Kirim 12 Juta Selebaran Propaganda

 

Membuat Semenanjung Korea terbagi dalam zona demiliterisasi dan kedua Korea masih dalam kondisi perang.

"Pada hari ini, pada tahun 1950, aliansi militer AS-Republik Korea lahir dan bertempur habis-habisan," ujar Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan mitranya dari Korea Selatan, Jeong Kyeong-doo dalam sebuah pernyataan bersama.

Baca juga: Korea Utara Mulai Pasang Lagi Pengeras Suara untuk Propaganda

"Baik militer AS mau pun Korsel telah melakukan pengorbanan, keberanian dan mewarisi kepada orang-orang yang mereka tinggalkan, sebuah negara bebas, demokratis dan makmur," ungkap Jeong Kyeong-doo.

Kementerian Pertahanan Seoul mengungkapnya angka korban jiwa dari konflik militer itu sebanyak 520.000 dari Korea Utara, 137.000 dari Korea Selatan dan 37.000 dari Amerika Serikat.

Hubungan Seoul dengan Washington sempat menegang beberapa tahun belakangan dengan pemerintahan Trump yang meminta agar Korea membayar lebih untuk biaya penjagaan 28.500 tentara AS di Semenanjung Korea yang melindungi Selatan dari tetangganya yang bersenjata nuklir.

Baca juga: Provokasi Korea Utara demi Memperkuat Status Adik Kim Jong Un

Meski begitu, AS tetap berkomitmen untuk mempertahankan perdamaian yang diperjuangkan dengan keras di Semenanjung Korea.

Peringatan 70 tahun ini dilakukan setelah ikatan antar-Korea masih membeku pasca pemulihan hubungan mereka pada 2018 yang membawa pada tiga pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

Sementara itu, pada Rabu kemarin, Kim Jong Un dikabarkan telah menunda aksi militernya terhadap Korea Selatan, buntut dari ketegangan keduanya setelah Korut meledakkan kantor penghubung yang melambangkan kerja sama antar-Korea di sisi perbatasan.

Baca juga: Militer Korea Utara Siap Beraksi Melawan Korea Selatan

Editorial JoongAng Daily Korea Selatan pada Kamis (25/6/2020) memperingatkan bahwa peristiwa baru-baru ini menunjukkan bahwa hubungan antar-Korea dapat berubah menjadi 'situasi yang tidak aman' kapan saja. 

Ada pun terhadap Pemerintah Korea Selatan, editorial JoongAng Daily mengatakan Pemerintah Korea Selatan 'secara terus-menerus menutup mata' terhadap provokasi Pyongyang dan menghasilkan terlambatnya rasa aman.

"Tidak ada yang gratis dalam menjaga perdamaian," editorial itu menambahkan, "Kami berharap pemerintah dan kementerian pertahanan merenungkan secara mendalam pelajaran 70 tahun yang lalu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com