Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenguk Ayah yang Sekarat, 1 Keluarga Ditagih Biaya Karantina Hotel Rp 172 Juta

Kompas.com - 14/09/2020, 10:25 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

SYDNEY, KOMPAS.com - Empat bocah sempat putus asa untuk melihat ayahnya yang sekarat, dan kini keluarganya dihadapkan kenyataan pahit lainnya, harus membayar sekitar Rp 172 juta untuk biaya hotel selama karantina.

Sang ayah, Mark Keans (39) menderita kanker stadium akhir dan berada di rumahnya di Brisbane, di negara bagian Queensland. Sementara keempat anaknya berada di Sydney, Australia.

Pemerintah Queensland telah menolak permohonan berulang kali untuk memberikan pengecualian kepada keluarga itu, karena pemberlakuan kebijakan pembatasan perjalanan yang ketat terkait Covid-19.

Baca juga: Kapan Virus Corona Berakhir? Sejarah Pandemi Dunia Mungkin Bisa Menjawab

Namun masyarakat Australia yang marah atas persoalan keluarga Mark Keans, kemudian mengumpulkan uang lebih dari Rp 2 miliar untuk meringankan.

Pemerintah Australia telah menerapkan pembatasan perjalanan yang sangat ketat untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, termasuk diterapkan pada pergerakan antarnegara bagian di wilayah negara tersebut.

Keans awalnya diberitahu bahwa dia harus memilih salah seorang anak yang akan diizinkan untuk melihatnya.

Baca juga: Kembali Panas, China dan Australia Saling Tuding soal Warga Mereka Diperiksa

Warga Australia "marah", lalu kumpulkan dana, dan perdana menteri pun turun tangan

Pemerintah negara bagian akhirnya mengalah dan mengizinkan semua anaknya melakukan perjalanan untuk melihat sang ayah.

Tapi izin itu diberikan dengan syarat mereka harus menghabiskan dua pekan di hotel karantina dengan biaya sendiri. Mereka juga hanya dapat mengunjungi ayahnya dengan alat pelindung diri (APD) lengkap.

"Istri saya berbalik dan berkata, jadi yang Anda harapkan kami mengeluarkan uang lebih banyak untuk menjenguknya. Lantas berapa biaya untuk menguburkannya," kata ayah dari empat bocah itu, Bruce Langborne kepada penyiar 7NEWS.

Situs online GoFundMe kemudian menggalang dana dengan tujuan mengumpulkan uang sekitar Rp 350 juta. Namun dalam waktu relaltif tidak lama, mereka telah melampaui target dan mencapai Rp 2 miliar.

Bahkan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison menyumbang sekitar Rp 10 juta.

Baca juga: 2 Jurnalis Asing Kabur, China Tuduh Kedubes Australia Halangi Penyelidikan

Apa komentar pemerintah negara bagian Queensland?

Sejumlah komentar di situs GoFundMe berisi tawaran dukungan kepada keluarga tersebut. Banyak komentar yang berisi kritikan pedas kepada pemerintah negara bagian Queensland.

"Saya menyumbang karena kami, tidak seperti Perdana Menteri Queensland, karena kami adalah warga yang memiliki welas asih. Kami tidak ingin melihat anak-anak Mark menderita, karena tidak dapat mengunjungi ayahnya yang sedang sekarat," tulis seseorang.

Dia kemudian menyebut tindakan pemerintah negara bagian itu memalukan.

Namun otoritas kesehatan Queensland membela keputusan mereka.

"Kami berada di tengah pandemi global dan kami perlu melindungi komunitas kami, terutama anggotanya yang paling rentan," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

"Kami memahami bahwa aturan kesehatan yang diberlakukan sangatlah ketat, tetapi hal ini dirancang untuk melindungi warga Queensland."

Baca juga: Intel Australia Diklaim Gerebek Rumah 4 Jurnalis China, Tablet Anak Disita Juga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com