ANKARA, KOMPAS.com – Ketegangan di Laut Mediterania Timur masih sangat tinggi akhir-akhir ini.
Terbaru, Turki mengklaim telah menemukan cadangan energi di daerah Laut Mediterania Timur.
Padahal daerah tersebut diklaim Yunani sebagai landas kontinennya sendiri sebagaimana dilansir dari Euronews, Senin (7/9/2020).
Perselisihan mengenai hak pengeboran di wilayah itu telah memicu tanggapan yang keras dari masing-masing pihak.
Baca juga: Turki Kerahkan Latihan Militer di Siprus Utara di Tengah Ketegangan dengan Yunani
Pada Sabtu (5/9/2020), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengirim peringatan keras kepada Yunani melalui sebuah pidato.
"Mereka (Yunani) akan memahami bahasa politik dan diplomasi, atau mereka akan mengalami sesuatu yang menyakitkan di lapangan," kata Erdogan dalam upacara pembukaan rumah sakit di Istanbul, Turki.
Namun menurut para ahli, kata-kata keras yang dilontarkan Erdogan tersebut dimaksudkan sebagai propaganda domestik alih-alih dimaksudkan sebagai ultimatum yang sebenarnya.
Para ahli berpendapat, Turki masih ingin melakukan perundingan dengan Yunani daripada harus menyelesaikannya melalui pertempuran atau peperangan.
Baca juga: Masih Saling Provokasi, Batas Maritim Mediterania Timur Yunani-Turki Masih Jauh dari Sepakat
Analis Turki di GlobalSource Partners, Atilla Yesilada, mengatakan kepada Euronews bahwa Erdogan menginginkan Yunani duduk di meja perundingan.
Namun, dia menambahkan, Yunani kemungkinan besar tidak akan datang untuk berunding dengan Turki.
"Kita telah berada di titik ini setidaknya seribu kali sejak konflik Siprus 1974 dan tidak ada yang berubah,” kata Yesilada sebagaimana dilansir dari Euronews.
Baca juga: Proyek Eksplorasi Turki di Mediterania Timur yang Diperpanjang, Yunani Sebut Ilegal
Pada saat yang sama, dia mengesampingkan bahwa perselisihan saat ini dapat meningkat menjadi konflik militer dalam arti yang sebenarnya.
"Ketegangan tidak akan berubah menjadi perang dan kebuntuan akan terus berlanjut dengan kedua pihak melakukan apa yang biasa mereka lakukan,” sambung Yesilada.
Saat ini, Erdogan dilaporkan sedang mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa.
Baca juga: Makin Tegang dengan Yunani, Turki Umumkan Latihan Militer
Kendati demikian, Yesilada percaya bahwa hanya Amerika Serikat (AS) yang bisa menjadi perantara kesepakatan antara Yunani dan Turki.
"Jika Biden terpilih di AS, dia bisa menjadi lawan bicara yang sukses. Di masa lalu, ketika ketegangan sangat tinggi, kami melihat usaha arbitrase AS berhasil sampai batas tertentu,” tambah Yesilada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.