Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Makanan Menumpuk, China Kritik Tren Mukbang dan Luncurkan Kampanye "Piring Bersih"

Kompas.com - 14/08/2020, 18:53 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - China melakukan kebijakan baru untuk mengurangi sampah makanan, setelah Presiden Xi Jinping menyebut bahwa jumlah sampah makanan "mengejutkan dan mengganggu".

"Kampanye Piring Bersih" diluncurkan setelah Xi menyoroti bahwa Covid-19 telah "membunyikan alarm" dampak makanan.

Dia menambahkan bahwa China harus "menjaga kesadaran akan krisis tentang keamanan pasokan makanan".

Baca juga: Peduli Sesama Warga Saat Lockdown, Muslim Wanita Australia Bagikan Makanan Gratis

Kampanye ini muncul beberapa pekan setelah banjir besar menerjang China selatan yang menghancurkan ladang petani dan meluluh-lantakkan hasil panen.

Kantor berita pemerintah China, Global Times, berusaha menampik apa yang disebutnya sebagai "sensasi media" bahwa China sedang menuju krisis pangan, yang diperburuk oleh epidemi.

TV pemerintah juga mengkritik orang yang menyantap makanan dalam jumlah besar kemudian disiarkan secara langsung di media sosial.

Baca juga: Mengenal Fenomena Mukbang, Makan Banyak Demi Popularitas dan Uang

Menyusul pernyataan Xi, asosiasi industri katering Wuhan mendesak restoran di kota itu untuk membatasi jumlah porsi makanan bagi mereka yang makan di restoran - dengan menerapkan sistem di mana kelompok pengunjung harus memesan satu hidangan kurang dari jumlah mereka.

Jadi melalui sistem yang dijuluki "N-1", satu kelompok berisi 10 orang hanya bisa memesan sembilan hidangan.

Namun kemungkinan sistem akan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan, di negara yang dianggap sopan untuk memesan lebih dari jumlah yang dibutuhkan.

Dalam sebuah kelompok, piring kosong kerap dianggap sebagai petanda dari tuan rumah yang buruk - mencerminkan jumlah makanan yang tidak cukup yang dipesan oleh para tamu.

Baca juga: Seorang Wanita Tak Dikenal Halangi Seorang Pria Kulit Hitam Antarkan Makanan

Ide dari "N-1" menuai kritik di media sosial, dengan beberapa di antaranya mengatakan itu "terlalu kaku".

"Bagaimana jika seseorang pergi ke restoran sendiri? Berapa makanan yang dia bisa pesan? No?," tanya seorang warganet di situs Weibo.

Lainnya mengatakan bahwa kebanyakan restoran tidak menyia-nyiakan makanan, dan membandingkannya pada jamuan makan mewah yang diadakan oleh pejabat negara.

Kantor berita pemerintah CCTV juga mengundang para warga yang biasa menyiarkan langsung aktivitas mereka makan makanan dalam jumlah besar.

Biasa dikenal dengan "Mukbang" - siaran langsung ini populer di berbagai wilayah di Asia, termasuk China.

Baca juga: Menilik Fenomena Mukbang, Tetap Laris Meski Tampilkan Makan Ekstrem

Menurut CCTV, beberapa dari mereka muntah setelah melakukan siaran langsung karena kesulitan mengolah makanan yang mereka makan.

Ini bukan kali pertama China meluncurkan kampanye anti-sampah makanan.

Pada 2013, kampanye "Operasi Piring Kosong" diluncurkan - menargetkan resepsi dan jamuan mewah yang diadakan oleh para pejabat.

Menurut WWF China, ada sekitar 17 sampai 18 juta ton sampah makanan di China pada 2015.

Baca juga: Kunjungan Delegasi AS ke Taiwan, China: Jangan Main Api!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com