Zarka merasa 'patah hati' dan 'jelek' saat ia berusaha memulihkan diri dari serangan itu.
Ayah dan kerabat lelakinya ingin balas dendam, tetapi mereka tidak dapat menemukan suaminya.
"Mereka sangat marah, bertanya-tanya bagaimana dia bisa melakukan ini dan mengancam akan membunuhnya jika mereka menemukannya," kenang Zarka.
"Ayah dan paman-paman saya menembaki rumah si penjamin, dan meneriaki mereka."
Polisi keburu menangkap suaminya dan memenjarakannya sebelum keluarga Zarka bisa membalas dendam.
Baca juga: Pria Ini Mengaku Bunuh 50 Sopir Taksi, Jenazahnya Diumpankan ke Buaya
Zarka dirawat oleh dokter setempat, tapi jauh dari memadai, dan ia sangat menginginkan kesempatan untuk menjalani operasi rekonstruksi.
"Bentuk apa pun yang mereka berikan dalam operasi ... Saya akan menyukainya. Saya cuma ingin hidung, tidak ada yang lain," katanya.
Foto-foto Zarka dengan wajah berlumuran secara luas dibagikan secara luas, dan menarik perhatian dr. Zalmai.
Lewat media sosial, sang dokter menawarkan untuk merawatnya secara cuma-cuma. Ia juga menghubungi provinsi tempat Zarka tinggal dan dengan bantuan pejabat setempat, membawanya ke Kabul.
Setelah kondisi Zarka membaik, ia mengoperasi perempuan itu dengan bantuan tim bedahnya.
"Mula-mula kami mengerjakan bagian tengah hidungnya yang terpotong oleh pisau," kata dr. Zalmai, "Kami mengambil jaringan dari lipatan nasolabial (kulit di sekitar hidung) dan melakukan operasi rekonstruksi."
Operasi dilakukan dengan anestesi lokal dan Zarka menyadari apa yang terjadi.
"Dokter memberi tahu saya bahwa saya akan sembuh dan hidung saya akan kembali," katanya. Inilah kata-kata yang telah ingin ia dengar selama lebih dari dua bulan.
Dr. Zalmai memonitor perkembangannya dan akan memberikan perawatan laser atau implan silikon jika dibutuhkan.
"Aliran darahnya normal. Saraf juga akan berfungsi," sang dokter meyakinkan Zarka.
Dr. Zalmai mengatakan biasanya ia akan menagih sekitar $2.000 (Rp 29,3 juta) untuk prosedur ini. Selain itu, ia juga memberikan obat-obatan senilai $500 (Rp 7,3 juta) kepada Zarka.
Satu-satunya hal yang tidak bisa ia tawarkan ialah konseling psikologis untuk membantu Zarka mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.
Baca juga: Bunuh dan Buang Mayat Istrinya, Pelaku Hampir Kabur ke Jakarta
Zarka mengkhawatirkan keadaan putranya, yang saat ini masih bersama keluarga suaminya.
"Saya belum melihat putra saya Masyuq selama tiga bulan. Saya sangat mencintainya. Saya ingin ia bersama saya," ujarnya.
Ia senang bahwa putranya tidak menyaksikan kebiadaban ayahnya terhadapnya.
Putra Zarka tinggal bersama mertuanya tapi ia tidak tahu persis di mana. Karena ia sendiri tidak punya pekerjaan, undang-undang setempat memberi suaminya hak asuh atas anak mereka.
Rasa sakit karena perpisahan telah membebani dirinya. "Saya sangat merindukannya, setiap saya makan saya memikirkannya," kata Zarka.
Ayah dan paman Zarka enggan memperjuangkan anak muda itu, takut pada apa yang akan dilakukan suaminya jika ia kembali ke rumah mereka dengan dalih mengunjungi putra mereka.
"Mereka bilang tinggalkan bocah itu, tapi saya tidak bisa," kata Zarka. Namun apa pun yang terjadi, ia berkukuh tidak akan kembali pada suaminya.
"Saya ingin bebas darinya. Saya tidak mau tinggal dengan suami saya lagi ... saya pikir ketika saya bercerai ia tidak akan memberikan putra saya kepada saya. Ini kekhawatiran saya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.