Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mengharukan Penyintas Bom Hiroshima-Nagasaki, Berharap Tak Ada Lagi Senjata Nuklir

Kompas.com - 04/08/2020, 14:08 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

 

Jiro Hamasumi (74) adalah salah satu penyintas serangan termuda. Ibunya mengandung dirinya ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima.

Serangan itu menewaskan ayahnya beberapa kerabatnya yang lain.

"Tak ada hari berlalu tanpa saya memikirkan ayah saya," kata Hamasumi.

Pengetahuannya tentang serangan itu berasal dari kisah saudara-saudaranya, yang menggambarkan kilatan yang memusingkan dan raungan yang memecahkan telinga.

Ayahnya sedang bekerja ketika bom itu jatuh. Tempatnya bekerja hanya beberapa ratus meter dari pusat ledakan.

Baca juga: Sudah 70 Tahun, Pulau Karang Bikini Masih Rusak Akibat Ledakan Bom Atom

Ibu dan saudara-saudara Hamasumi mencoba untuk menuju ke tempat kerja ayahnya sehari kemudian tetapi dipaksa kembali pulang karena hawa panas dan bau daging yang terbakar.

Selang beberapa hari, ketika saudaranya dapat mencapai kantor ayahnya, mereka hanya menemukan "sesuatu yang menyerupai tubuhnya".

Yang bisa mereka ambil hanyalah beberapa benda logam yang selamat dari ledakan seperti gesper sabuk, kunci, dan bagian dari dompetnya.

Lahir pada Februari 1946, Hamasumi lolos dari efek fisik yang dialami banyak anak yang terpapar radiasi.

Tetapi serangan itu telah menentukan hidupnya, dan dia telah menghabiskan beberapa dekade berkampanye melawan senjata nuklir.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Peledakan Bom Atom Pertama

"Hibakusha ingin Amerika Serikat meminta maaf kepada kami. Bukti permintaan maafnya adalah penghapusan senjata nuklir, kami tidak mengejar balas dendam," kata Hamasumi.

Memudar dari Memori

Dengan bertambahnya usia para hibakusha, mereka menyerahkan tongkat estafet kepada para aktivis muda.

Banyak dari para aktivis tersebut berasal dari Hiroshima dan Nagasaki.

Mitsuhiro Hayashida (28) adalah cucu seorang hibakusha dari Nagasaki dan mengorganisir acara untuk para penyintas agar berbagi cerita mereka.

Dia juga membantu mengawasi petisi online internasional untuk larangan senjata nuklir. Petisi tersebut kini telah mengumpulkan lebih dari 11 juta tanda tangan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, TV Menyiarkan Langsung Uji Coba Bom Atom

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com