Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibadah Haji 2020 Saat Covid-19: Tak Ada Pekerjaan, Tak Ada Apa-apa

Kompas.com - 29/07/2020, 14:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Kini, kawanan ternak itu banyak yang tidak terjual.

"Bisnis ternak di Kenya besar dan merupakan andalan bagi sebagian besar rumah tangga di negara ini. Sebagian besar peternak memperoleh keuntungan terutama selama periode haji," kata Patrick Kimani dari Asosiasi Produsen Ternak Kenya.

Rata-rata, anggotanya mengekspor 5.000 ekor sapi ke Arab Saudi untuk ibadah haji, katanya. "Peternak sekarang melakukan diversifikasi ke daging beku dan pasar lokal.

"Kami khawatir hal itu dapat menurunkan harga sapi lokal karena semua produk tambahan itu bisa dikenai potongan harga bagi pembeli lokal agar cepat laku."

Baca juga: Ibadah Haji 2020 Batal, Penjualan Sapi Kurban Diprediksi Meningkat

Ibadah Haji sudah dimulai sejak masa Nabi Muhammad 1.400 tahun yang lalu dan pembatasan ibadah haji seperti yang sekarang diberlakukan, sangat jarang terjadi.

Perusahaan layanan perjalanan juga sangat terdampak.

Tahun lalu, Pakistan banyak mengirim peziarah asing ke Arab Saudi.

Tapi hari ini di Karachi, Shahzad Tajj mengatakan perusahaannya, Cheap Hajj and Umrah Deals, berada di ambang kehancuran.

"Pada dasarnya, bisnis kami 'nol'. Bahkan kegiatan layanan perjalanan lainnya tidak berjalan. Seperti penerbangan, logistik, pengiriman - jadi tidak ada yang bisa dijual. Sejujurnya, kami tidak sepenuhnya siap untuk ini.

"Kami harus mengurangi jumlah staf kami ke jumlah minimal. Kami terpaksa menjual aset, mobil, dan beberapa properti kami, untuk setidaknya melewati tahap ini. Saya membantu beberapa anggota tim saya dengan dana darurat, tetapi hanya itu yang saya lakukan saat ini.

Baca juga: Ibadah Haji 2020, Jemaah Dilarang Sentuh Kabah dan Hajar Aswad

Pembatasan tahun ini juga berdampak besar pada kota-kota Mekkah dan Madinah, yang menerima miliaran dolar dari bisnis terkait jemaah haji.

"Meskipun sebagian besar biaya pelaksanaan ibadah haji menjadi lebih hemat tahun ini, Mekkah dan Madinah akan merugi sekitar 9 miliar - 12 miliar dollar AS (lebih dari Rp 130 triliun)," kata Mazen Al Sudairi, kepala penelitian di perusahaan jasa keuangan Al-Rajhi Capital di Riyadh.

Al-Sudairi mengatakan pemerintah telah turun tangan untuk membantu. "Mungkin usaha kecil dan menengah menderita, tetapi bank sentral Saudi berusaha mendukung segmen ini dengan memberi mereka bantuan. Bank itu menunda kewajiban pembayaran pinjaman mereka untuk dua atau tiga bulan lagi.

"Kami percaya bahwa kami menghadapi masa pemulihan - kami pikir yang terburuk ada di belakang kami."

Baca juga: Gelar Ibadah Haji di Tengah Pandemi, Arab Saudi Terapkan 8 Protokol Kesehatan

Lebih dari 80% pendapatan nasional Arab Saudi berasal dari minyak, tetapi harga minyak anjlok, dan memaksa negara itu untuk melakukan diversifikasi. Namun segalanya belum berjalan dengan baik, menurut Alexander Perjessy dari Moody's Sovereign Risk Group.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com