BEIRUT, KOMPAS.com – Wakil Sekretaris Jenderal Hezbollah, Sheikh Naim Qassem, menampik kemungkinan meningkatnya kekerasan antara Hezbollah dan Israel meski pekan lalu ketegangan kedauanya meningkat.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan antara Israel dengan Suriah dan Lebanon setelah seorang milisi Hezbollah tewas dalam sebuah serangan Israel di pinggiran Damaskus sebaimana dilansir dari Reuters, Senin (27/7/2020).
“Atmosfernya tidak mengindikasikan pertempuran. Tidak terasa atmosfer pertempuran dalam beberapa bulan ke depan,” kata Qassem dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Al Mayadeen.
Tahun lalu, tepatnya pada Agustus 2019, dua milisi Hezbollah tewas akibat serangan Israel di Damaskus.
Baca juga: Iran: Jerman akan Hadapi Konsekuensi atas Larangan terhadap Hezbollah
Kejadian tersebut membuat Sekretaris Jenderal Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, bersumpah akan membalas Israel jika negara tersebut menewaskan milisinya lagi di Suriah.
Sejak saat itu juga, militer Israel semakin mengerahkan kekuatannya di front utara, perbatasan Israel dengan Lebanon dan Suriah.
Sementara itu seorang juru bicara militer Israel mengatakan pada Minggu (26/7/2020) satu unit pesawat nirawak Israel jatuh di Lebanon ketika melakukan patroli perbatasan.
Israel sendiri telah meningkatkan serangannya terhadap Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Serangan tersebut dikatakan oleh sumber intelijen direstui oleh Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Hezbollah Resmi Dilarang di Jerman
Sumber intelijen tersebut menambahkan serangan itu adalah perang bayangan yang telah merusak kekuatan militer Iran di wilayah tersebut tanpa memicu tensi yang besar.
Hezbollah telah mengerahkan milisinya di Suriah sebagai bagian dari dukungan Iran terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.