Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hagia Sophia Menjadi Masjid, Begini Sindiran Yunani ke Turki

Kompas.com - 24/07/2020, 21:28 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

ATHENA, KOMPAS.com - Yunani melalui Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis melontarkan sindiran setelah Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid oleh pemerintah Turki.

Presiden Recep Tayyip Erdogan memimpin Shalat Jumat unruk pertama kalinya sejak 86 tahun terakhir, sejak statusnya diubah pada awal Juli ini.

Keputusannya mengembalikan status Hagia Sophia menjadi masjid tak hanya disesalkan negara Barat, namun memantik kemarahan Yunani.

Baca juga: Hagia Sophia Jadi Masjid, Gereja Ortodoks Yunani Berkabung

"Apa yang terjadi hari ini (di Istanbul) bukanlah unjuk kekuatan. Tetapi bukti kelemahan," sindir PM Mitsotakis dalam keterangan resmi.

Dilansir AFP (24/7/2020), dia mengklaim pengembalian status itu "tidak akan bisa menghalangi pancaran sebuah monumen yang jadi warisan global".

"Terutama bagi kami Kristen Ortodoks. Hagia Sophia saat ini ada di hati kami melebihi apa pun. Ada dalam detak jantung kami," kata dia.

Pada tengah hari waktu setempat, bel di gereja seantero Negeri "Para Dewa" dikumandangkan dan bendera dinaikkan setengah tiang sebagai bentuk protes.

Kemudian Kepala Gereja Yunani, Uskup Agung Ieronymos menyatakan bahwa perubahan bangunan era Kekaisaran Bizantium itu adalah "tindakan menjijikkan".

Ieronymos mengatakan, dia akan mengadakan pelayanan khusus di Athena malam harinya, dan mengidungkan Nyanyian Rohani Akathist untuk menghormati Perawan Maria.

Baca juga: Hagia Sophia Jadi Masjid, Yunani Ancam Jadikan Rumah Mustafa Kemal Ataturk Museum Genosida

Berdasarkan tradisi Yunani, ibadah itu pernah digelar di Hagia Sophia pada malam ketika Bizantium jatuh ke tangan Turki Ottoman pada 1453.

"Hagia Sophia tak hanya simbol keyakinan kami. Tetapi juga monumen universal untuk kebudayaan," kata Uskup Agung Ieronymos.

Kelompok keagamaan maupun nasionalis di seluruh Yunani rencananya akan menggelar aksi protes di Athena dan Thessaloniki Jumat waktu setempat.

Bangunan yang masuk ke dalam Warisan Kebudayaan Dunia UNESCO tersebut meripakan katedral selama masa pemerintahan Bizantium.

Tetapi setelah Turki Ottoman menaklukkan Konstantinopel pada 1453, kubah dengan nama lain Ayasofiya itu berubah menjadi masjid.

Baca juga: Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia Resmi Digelar

Kemudian pada 1934, ketika Mustafa Kemal Atatutrk menjadi presiden pertama Turki modern, bangunan kuno tersebut difungsikan sebagai museum.

Sorotan muncul setelah pada awal Juli ini, pengadilan tinggi Turki mencabut dekrit 1934 dan mengembalikan Hagia Sophia sebagai masjid.

Presiden Recep Tayyip Erdogan menindaklanjuti keputusan tersebut dengan mengumumkan bahwa Hagia Sophia bisa digunakan untuk shalat.

Erdogan bersikukuh pada rencananya meski dua kekuatan dunia, AS dan Rusia, serta pemimpin keagamaan seperti Paus Fransiskus menentang.

Athena sendiri menyatakan langkah Ankara "provokasi bagi peradaban dunia", dan pernah mengancam bakal mengubah rumah masa kecil Mustafa Kemal Atatutrk di sebagai museum genosida.

Baca juga: Hagia Sophia Menjadi Masjid, Bagaimana Nasib Gli Si Kucing?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com