Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lari 35 Km, Dokter Ini Ingin Buktikan Orang dengan Gangguan Pernapasan Aman Pakai Masker

Kompas.com - 24/07/2020, 14:23 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Newsweek

LONDON, KOMPAS.com - Seorang dokter berlari sejauh 22 mil (35,4 kilometer) dengan menggunakan masker untuk membantu menghentikan kesalahan informasi mengenai penggunaan masker yang penting untuk melawan Covid-19.

Dokter Tom Lawton, yang bekerja di Bradford Royal Infirmary di Yorkshire, Inggris Utara, mengatakan keputusannya berlari menggunakan masker didorong karena banyaknya orang-orang dengan gangguan pernapasan yang takut menggunakan masker.

Lowton mengatakan khawatir dengan orang-orang yang memiliki gangguan pernapasan yang ingin memakai masker, tapi takut karena mendapatkan informasi yang salah.

Baca juga: Berubah-ubah, Kini Trump Minta Rakyatnya Pakai Masker

Melansir Newsweek pada Kamis (23/7/2020), padahal ia mencatat bahwa kadar oksigen yang didapat tidak pernah turun di bawah 98 persen dari biasanya.

"Ada banyak orang di luar sana yang tidak ingin memakai masker dan akan menemukan alasan yang mereka bisa, tetapi orang-orang yang saya khawatirkan adalah orang-orang dengan penyakit pernapasan, yang ingin memakai masker, tetapi takut karena ada laporan bahwa itu menyebabkan hipoksia (suatu kondisi di mana tubuh kekurangan oksigen)," ujarnya kepada Newsweek.

Ia mengatakan bahwa karena seorang dokter ia memiliki akses pulse-oximeter, alat yang digunakan untuk memonitor jumlah oksigen yang dibawa ke seluruh tubuh.

Baca juga: Sampah Masker, Sarung Tangan, dan Botol Disinfektan Cemari Selat Bosporus

Dengan alat tersebut, ia berniat menunjukkan kepada orang-orang terutama yang memiliki permasalahan pernapasan bahwa masker aman digunakan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Untuk memberikan fakta bahwa saya bugar dan sehat. Saya pikir jika saya berlari, maka saya menggunakan 10 kali jumlah oksigen lebih banyak dibanding saya hanya duduk," ujarnya.

Ia berharap dengan aksinya, orang dengan gangguan pernapasan dapat yakin untuk menggunakan masker dengan aman.

Baca juga: Ratusan Pengunjuk Rasa di London Sebut Masker sebagai Pengontrol Pikiran

"Jelas ada orang yang tidak bisa memakai topeng karena satu dan lain alasan, kebanyakan karena alasan psikologis atau PTSD, tetapi setiap orang yang dapat melakukannya harus melakukannya," ucapnya.

Ia kemudian mengungkapkan, "Maskerku melindungimu, topengmu melindungiku."

Sementara, ratusan orang turun ke Hyde Park, London untuk memprotes dibuatnya kebijakan penggunaan masker di Inggris.

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Naik, Malaysia Pertimbangkan Kewajiban Pakai Masker

Di Inggris, pemerintah telah membuat kewajiban penggunaan masker bagi mereka yang mengunjungi toko dan supermarket mulai 24 Juli, yang bertujuan untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

Mereka yang menolak aturan tersebut akan menghadapi denda sebesar 100 pound sterling (Rp 1,7 juta) yang akan dikurangi menjadi 50 pound sterling (Rp 848.000), jika mereka membayarnya dalam 14 hari.

 

Di AS, protes telah terjadi di sejumlah negara bagian terhadap pemakaian masker, didoronga karena pernyataan Presiden Trump yang tidak akan mengenakan masker setelah Pusat Pengendalian Penyakit merekomendasikan bahwa "penutup wajah kain" harus dipakai ketika sosial jarak tidak bisa dipertahankan.

Namun pada Sabtu (18/7/2020), Presiden Trump terlihat menggunakan masker, tetapi bersumpah untuk tidak memerintahkan orang Amerika untuk menggunakan masker.

Baca juga: Jahit Masker N95 dengan Emas, Pria Ini Habis Rp 69 Juta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com