Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Masker, Sarung Tangan, dan Botol Disinfektan Cemari Selat Bosporus

Kompas.com - 22/07/2020, 13:37 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Penyelam sekaligus pemegang rekor dunia selam bebas Sahika Ercumen melakukan penyelaman di Selat Bosporus, menyoroti polusi limbah plastik yang berserakan di laut.

Ercumen yang telah menjadi 'Pembela kehidupan bawah air' dari PBB menjadikan penyelaman pertamanya sebagai pengamatan terhadap kehidupan bawah laut di Selat Bosporus.

Melansir Hurriyet Daily, aksi itu didukung oleh Direktorat Jenderal Keselamatan Pesisir untuk Hari Maritim pada 1 Juli lalu.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Lumba-lumba Berenang Bebas di Selat Bosporus Turki

Atlet itu menyoroti polusi laut dalam penyelamannya. Dari aksi selam bebas di sekitar Menara Maiden dalam penyelaman keduanya dan penyelaman ketiga di depan Masjid Ortakoy, dia berhasil mengumpulkan sejumlah besar bahan limbah.

"Saya sedang menyelam ke dalam sampah plastik," ujarnya sebagaimana dilansir Anadolu.

"Saya tidak tahu bagaimana ikan bisa hidup di sini dan bagaimana kita bisa percaya dan makan produk laut," ujar Ercumen yang mengaku kesulitan saat menyelam dalam kondisi itu.

Baca juga: Selama Diperintah Erdogan, Bagaimana Sebenarnya Kondisi Ekonomi Turki?

"Setiap tempat penuh sampah," ujarnya, "Kami berusaha memindahkan sarung tangan, masker, botol disinfektan, kantung plastik, namun itu bukan sesuatu yang bisa kami lakukan (semua). Salah satu tempat paling indah di negara ini dan di dunia ini akan tenggelam dalam sampah plastik."

Menurut Ercumen, lautan yang selama 25 tahun dia geluti mengalami penurunan jumlah populasi ikan karena tersingkirkan oleh sampah plastik yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Saya telah berenang di antara plastik daripada di antara ikan-ikan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir," ungkap Ercumen.

Dia juga mengatakan bahwa dia kerap menjumpai hewan laut lainnya membutuhkan pertolongan.

Seperti penyu laut yang sering terjebak dalam jaring di sekitar leher mereka dan membuat mereka sekarat.

Baca juga: Tolak Hagia Sophia jadi Masjid, Warga Israel Bakar Bendera Turki

Terlebih di saat pandemi virus corona, sampah sarung tangan plastik dan masker wajah meningkat di laut.

"Pertama-tama, fakta bahwa mereka (sampah) dibuang membawa risiko besar bagi penyebaran virus," ujar Ercumen.

Menurut Ercumen, harus ada pengelolaan limbah plastik dan non-plastik agar tidak mencemari laut.

Aktivis laut itu juga mengatakan dirinya akan terus berupaya meningkatkan kesadaran tentang polusi laut.

"Sangat tidak mungkin bagi saya untuk membersihkan laut saat menyelam," ujarnya.

Dia juga menunjukkan data bahwa sebanyak 15 persen dari limbah yang terlihat ada di permukaan laut, 85 persen ada di perairan dalam dan tidak mudah membersihkannya.

"Apa yang kami lakukan adalah berusaha meningkatkan kesadaran, karena polusi laut mempengaruhi planet kita bahkan udara yang kita hirup," ujar Ercumen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com