Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Wuhan soal Covid-19 di AS: Orang Amerika Egois

Kompas.com - 18/07/2020, 12:49 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Di AS, tidak ada yang memaksa untuk karantina mandiri, meski aku tetap berada di dalam rumah selama beberapa waktu karena bisa menulari siapa saja menurut arahan dokter.

Pelacak kontak di Washington juga memeriksa bagaimana kondisiku dan apa yang kurasakan setiap minggu meski tidak menyelidiki kemana aku pergi atau dengan siapa aku telah berjumpa.

Aku kemudian bisa memberitahu siapa saja orang yang pernah kuhubungi, tapi aku memilih untuk merahasiakannya.

Dokter meyakinkanku bahwa aku tidak akan menulari siapa pun dalam waktu 8 hari setelah gejala pertama dan tes ulang tidak diperlukan.

Di AS, kebanyakan hal seperti ini menjadi keputusan individu, tentang bagaimana mereka merespons wabah. 

Tidak seperti di China, yang bertindak lebih layaknya mesin besar yang mengalokasikan sumber daya dan tenaga kerja untuk menghadapi setiap tantangan.

Baca juga: Wabah Virus Corona, AS Bebaskan Tarif Impor untuk Produk Medis China

Menurutku, inilah perbedaan antara kolektivisme dan individualisme; China sedang berjuang melawan suatu pandemi sedangkan setiap negara, komunitas dan orang Amerika hanya berjuang demi diri mereka sendiri.

Namun memang, tidak ada contoh penanganan yang sepenuhnya berhasil. Di AS, kebijakan yang tidak konsisten dan tertunda menyebabkan lonjakan kasus.

Rumah sakit jadi kewalahan dan masyarakat rentan menanggung banyak beban yang tidak proporsional.

Di China, pelapor dan jurnalis warga dibungkam, sensor menyikat tajam konten pertikaian di dunia maya dan kebijakan karantina yang kaku telah menggantikan para pekerja migran dan imigran.

Tapi, ada pendekatan yang menggabungkan kolektivisme dan individualisme di beberapa negara seperti Korea Selatan, Jerman dan Selandia Baru.

Baca juga: 24 Hari Nol Kasus Infeksi, Selandia Baru Mulai Bebas Covid-19

Dalam konteks pandemi, kebebasan adalah pedang bermata dua, ini bukan hanya hak universal tapi juga pakta sosial yang hanya berfungsi jika semua orang ada di dalamnya.

Setiap orang dengan kebebasan yang mereka miliki harus berhati-hati untuk tidak melanggar kebebasan orang lain dengan pilihan mereka.

Pada 4 Juli lalu, 10 hari setelah gejala infeksi virus corona yang kurasakan, aku memutuskan untuk pergi menonton kembang api setelah banyak berjibaku dalam hati dan berkonsultasi dengan dokter.

Dengan begitu, aku memilih untuk menggunakan 'cara' Amerika dalam merespons wabah dengan logika berpikir, 'di tengah lonjakan kasus, apa yang kupilih tak akan benar-benar membuat perbedaan'."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com