Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah India, AS Berniat Blokir TikTok dan Aplikasi Lain asal China

Kompas.com - 07/07/2020, 16:22 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - AS melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan, mereka "menjajaki" untuk memblokir TikTok dan aplikasi lain yang dibuat oleh China.

Washington, yang menuding aplikasi itu menjadi alat mata-mata Beijing, mengikuti langkah pemerintah India yang dahulu melarangnya.

New Delhi mengumumkan pemblokiran terhadap TikTok dan puluhan aplikasi lainnya dengan alasan mengancam privasi maupun keamanan nasional.

Baca juga: TikTok Berhenti Beroperasi di Hong Kong, Mengapa?

Dalam wawancaranya dengan Fox News, pembawa acara Laura Ingraham sempat menyatakan apakah seharusnya AS juga memblokir aplikasi berbagi itu.

Dilansir AFP Selasa (7/7/2020), Pompeo menjawab bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump menyikapi isu itu "dengan sangat serius".

"Kami tentu mempertimbangkannya," jelasnya. Pompeo menjelaskan sudah lama mengawasi teknologi Negeri "Panda" dan "membuat perkembangan positif".

"Sehubungan dengan aplikasi China di ponsel publik, saya bisa memastikan AS akan menanganinya secara cermat," kata sang diplomat.

Sebelumnya, Menlu AS itu menyebut Beijing melakukan langkah "Overwellian", merujuk kepada tulisan dari Eric Arthur Blair, kritikus Inggris yang mempunyai nama pena George Orwell.

Idiom tersebut merujuk kepada kondisi hancurnya masyarakat terbuka sebagai dampak dari penerapan aturan brutal seperti penyangkalan, disinformasi, hingga propaganda.

Pompeo menyindir UU Keamanan Nasional yang dipakai China untuk membungkam suara kontra dari aktivis, sekolah, hingga perpustakaan di Hong Kong.

Baca juga: Seorang Wanita Mengaku Terkena Sindrom TikTok, Apa Kata Psikiater?

Pemerintah di salah satu pusat finansial dunia itu sudah memerintahkan pemusnahan buku yang menyerukan kemerdekaan atau perluasan otonomi.

Perpustakaan di Hong Kong menyatakan, mereka sudah mulai menurunkan buku-buku yang ditulis oleh aktivis pendukung kemerdekaan.

"Penghancuran yang dilakukan oleh Partai Komunis China masih terus dilakukan," jelas Pompeo dalam nada suara yang diperkeras.

Mantan Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) itu menuturkan, melalui UU Keamanan Nasional, Beijing kini juga meminta sekolah menerapkan sensor ketat.

Dia mengecam upaya pemerintahan Presiden Xi Jinping pada yang dia sebut sebagai "serangan terhadap hak dan kebebasan warga Hong Kong".

Baca juga: Main TikTok di Suramadu, Didenda Rp 500.000...

"Hingga saat ini, Hong Kong bisa makmur karena ditopang oleh pemikiran dan kebebasan berpendapat, melalui kemerdekaan hukum," ujar dia.

Negeri "Panda" kini berada dalam sasaran kritik negara Barat karena penerapan UU untuk mengenyahkan subversi, terorisme, dan kerja sama dengan militer asing.

Pekan lalu, Wakil Presiden Mike Pence kepada CNBC mengatakan UU tersebut adalah "pengkhianatan, dan tidak bisa diterima oleh pencinta kemerdekaan di seluruh dunia".

Kemudian Kongres AS juga mengesahkan aturan yang menargetkan bank jika mereka terlibat dalam upaya pelonggaran kebebasan Hong Kong.

Baca juga: Tiktok Diblokir di India, Bagaimana Nasib Kreatornya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com