KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kena prank di kampanyenya, yang digelar di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6/2020).
Sebelum kampanye Trump membanggakan diri kampanyenya bakal dihadiri sekitar 1 juta orang, tapi ternyata dia kena tipu.
Banyak pendaftar palsu dari penggemar K-Pop dan pengguna TikTok yang melakukan reservasi tapi tidak datang.
Baca juga: Buntut Kena Prank di Oklahoma, Manajer Kampanye Trump dalam Tekanan
Sementara itu di China, klaster baru virus corona yang muncul di Beijing membuat Negeri "Tirai Bambu" harus menutup salah satu pabrik pepsi dan menghentikan impor ayam dari AS.
Klaster baru corona di Beijing ini bersumber dari talenan untuk memotong salmon impor di pasar Xinfadi.
Baca juga: Karena Virus Corona di Talenan Salmon, 11 Perumahan di Beijing Kena Lockdown
Kedua berita itu dapat Anda baca selengkapnya dalam kumpulan artikel terpopuler di kanal global sepanjang Senin (22/6/2020) hingga Selasa (23/6/2020).
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkena prank dari para penggemar K-Pop dan pengguna TikTok saat ia menggelar kampanye di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6/2020).
Sejumlah fans K-Pop dan warganet TikTok mendaftar online gratis untuk hadir ke kampanye Trump, tetapi saat hari H mereka tidak datang.
Sebelum acara dimulai, Brad Parscale selaku manajer kampanye Trump mengatakan, ada lebih dari 1 juta orang yang mendaftar.
Namun, nyatanya banyak kursi kosong di BOK Center, arena kampanye sang presiden. Padahal, arena itu berkapasitas 19.000 tempat duduk.
Lalu bagaimana reaksi kubu Trump dalam menanggapi situasi ini, dan apa alasan pendaftar palsu melakukannya? Anda dapat membaca selengkapnya di sini.
China menutup pabrik Pepsi dan menghentikan impor ayam dari Amerika Serikat (AS), dalam salah satu upayanya melawan klaster baru virus corona.
Keputusan itu disampaikan pada Minggu (21/6/2020), di tengah seruan pemerintah untuk menekan produksi dan distribusi makanan akibat munculnya klaster-klaster baru Covid-19 di ibu kota, Beijing.
Para pejabat Kementerian Kesehatan China melaporkan adanya 22 kasus baru corona di Beijing, usai menguji lebih dari 2 juta penduduknya.
Pengujian massal ini dilakukan untuk mencegah gelombang baru wabah Covid-19, yang terkait dengan pasar grosir di Beijing.