MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin menulis sebuah artikel tentang Perang Dunia II yang menarik minat Amerika Serikat untuk berdiskusi.
Duta besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov pada Sabtu (20/6/2020) dalam sebuah wawancara terbuka dengan wakil direktur jenderal utama TASS, Mikhail Gusman menjelaskan reaksi AS terhadap artikel tersebut.
Diplomat itu mencatat bahwa kedutaan Rusia terlibat dalam penyebaran artikel tersebut. Pihaknya mengirim artikel itu kepada kepemimpinan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, memimpin organisasi non-pemerintah dan kedutaan dari sejumlah negara-negara Eropa Barat terkemuka.
Baca juga: Putin Tak Anggap Trump sebagai Ancaman
"Publikasi artikel itu menimbulkan banyak minat dan diskusi. Setiap orang yang bicara denganku setidaknya menggarisbawahi pentingnya diskusi serius tentang memori bersejarah, mencatat bahwa itu dipengaruhi oleh hubungan politik modern dan berkaitan dengan keamanan," ujar Antonov.
Dalam sebuah artikel panjang, Vladimir Putin bersikeras mengakui bahwa Uni Soviet berhasil mengalahkan Nazi Jerman, mengecam tindakan Polandia sebelum perang dan mempertahankan aneksasi Lithuania, Latvia dan Estonia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam tulisannya bahwa dia menekan publik dunia untuk mengakui kontribusi Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman.
Baca juga: Ingin Bertemu Putin? Lewati Dulu Lorong Disinfektan Ini
Artikel itu berjudul, "Alasan Sebenarnya 75 Tahun Peringatan Perang Dunia II" muncul 6 hari sebelum parade militer besar di Lapangan Merah yang dilaksanakan terlambat dari tanggal sebenarnya, 9 Mei lalu.
Di dalam artikel itu digarisbawahi bagaimana perang merupakan kunci utama identitas nasional Rusia. Soviet menderita 27 juta kematian selama Perang Dunia II.
Moskwa secara rutin menuduh Eropa Barat, Polandia dan Ukraina telah meremehkan perannya dalam konflik.
Baca juga: Putin: Rusia Tangani Virus Corona Lebih Baik dari AS
Putin menulis, "Sangat penting untuk menyampaikan kepada generasi mendatang akan ingatan dan fakta bahwa Nazi telah dikalahkan untuk pertama dan terutama oleh rakyat Soviet."
Dia mengekspresikan kesedihannya bahwa 'politisi tertentu bergegas mengklaim bahwa Rusia sedang mencoba menulis ulang sejarah."
Polandia dan Rusia sering mempertanyakan tentang siapa yang patut dipersalahkan dalam memulai perang, dan Putin memasukkan isu itu ke dalam tulisannya.
"Kesalahan atas tragedi yang kemudian diderita Polandia sepenuhnya terletak pada kepemimpinan Polandia, yang telah menghambat pembentukan aliansi militer antara Inggris, Perancis dan Uni Soviet serta mengandalkan bantuan dari mitra Baratnya, melempar rakyatnya sendiri di bawah mesin lindas dari mesin penghancur Hitler," tulis Putin.
Putin juga menegaskan kembali perselisihan bahwa Uni Soviet dipaksa menandatangani perjanjian non-agresi dengan Jerman sebelum perang yang disebut Pakta Molotov-Ribbentrop setelah Perancis dan Inggris dengan sikap tidak bersahabat membentuk aliansi militer.
Baca juga: Putin Muncul Pertama Kali Pasca Lockdown Moskwa Dicabut
Pemimpin Rusia itu dalam esainya membela aneksasi Uni Soviet terhadap Lithuania, Latvia dan Estonia.
"Aksesi mereka ke USSR dilaksanakan berdasarkan kontrak, dengan persetujuan dari otoritas terpilih. Ini sejalan dengan hukum internasional dan negara pada waktu itu," katanya.
Perang Dunia II dimulai pada 1 September 1939 dengan serangan Jerman ke Polandia dari barat, menyusul deklarasi perang Perancis dan Inggris kepada Jerman dan segera setelah itu Soviet menyerang Polandia Timur.
Baca juga: Ucapkan Selamat Idul Fitri, Putin Juga Berpesan untuk Muslim Rusia
Tulisan Putin itu mungkin akan menuai bantahan besar dari negara-negara seperti Polandia dan Ukraina.
Sementara pada Kamis lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperingatkan bahwa rencana Rusia untuk menggelar peringatan 75 tahun akhir Perang Dunia II di Eropa berisiko menyebarkan virus corona.
Kembali pada tulisan Putin, presiden Rusia itu mengakhiri tulisannya dengan menyarankan bahwa pelajaran utama perang adalah perlunya diplomasi internasional yang luas.
Baca juga: Juru Bicara Putin Positif Terjangkit Virus Corona
Dia menyatakan harapan bahwa KTT yang diusulkan Rusia dari para pemimpin negara-negara pemegang hak veto PBB akan segera diadakan untuk membahas keamanan global, konsekuensi ekonomi mulai dari pandemi virus corona dan masalah lainnya.
Putin mengatakan, 'aturan perilaku' pasca perang yang disetujui oleh Winston Churchill dari Inggris, Presiden Amerika Serikat Franklin D Roosevelt, dan Pemimpin Uni Soviet Josef Stalin telah 'meletakkan dasar-dasar dunia yang selama 75 tahun tidak punya perang global meski pun terdapat beberapa kontradiksi paling tajam."
KTT yang diusulkan, tegas Putin, akan menunjukkan komitmen terhadap "nilai-nilai yang diperjuangkan para ayah dan kakek kita yang telah saling membantu dalam peperangan."
"Tidak ada keraguan bahwa KTT Rusia, China, Perancis, Amerika Serikat dan Inggris dapat memainkan peran penting dalam menemukan jawaban bersama untuk tantangan modern," ungkap Putin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.