Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tulisan Putin tentang Perang Dunia II, Buat AS Penasaran

Kompas.com - 21/06/2020, 13:46 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin menulis sebuah artikel tentang Perang Dunia II yang menarik minat Amerika Serikat untuk berdiskusi.

Duta besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov pada Sabtu (20/6/2020) dalam sebuah wawancara terbuka dengan wakil direktur jenderal utama TASS, Mikhail Gusman menjelaskan reaksi AS terhadap artikel tersebut.

Diplomat itu mencatat bahwa kedutaan Rusia terlibat dalam penyebaran artikel tersebut. Pihaknya mengirim artikel itu kepada kepemimpinan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, memimpin organisasi non-pemerintah dan kedutaan dari sejumlah negara-negara Eropa Barat terkemuka.

Baca juga: Putin Tak Anggap Trump sebagai Ancaman

"Publikasi artikel itu menimbulkan banyak minat dan diskusi. Setiap orang yang bicara denganku setidaknya menggarisbawahi pentingnya diskusi serius tentang memori bersejarah, mencatat bahwa itu dipengaruhi oleh hubungan politik modern dan berkaitan dengan keamanan," ujar Antonov.

Dalam sebuah artikel panjang, Vladimir Putin bersikeras mengakui bahwa Uni Soviet berhasil mengalahkan Nazi Jerman, mengecam tindakan Polandia sebelum perang dan mempertahankan aneksasi Lithuania, Latvia dan Estonia.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam tulisannya bahwa dia menekan publik dunia untuk mengakui kontribusi Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman.

Baca juga: Ingin Bertemu Putin? Lewati Dulu Lorong Disinfektan Ini

Artikel itu berjudul, "Alasan Sebenarnya 75 Tahun Peringatan Perang Dunia II" muncul 6 hari sebelum parade militer besar di Lapangan Merah yang dilaksanakan terlambat dari tanggal sebenarnya, 9 Mei lalu.

Di dalam artikel itu digarisbawahi bagaimana perang merupakan kunci utama identitas nasional Rusia. Soviet menderita 27 juta kematian selama Perang Dunia II.

Moskwa secara rutin menuduh Eropa Barat, Polandia dan Ukraina telah meremehkan perannya dalam konflik.

Baca juga: Putin: Rusia Tangani Virus Corona Lebih Baik dari AS

Putin menulis, "Sangat penting untuk menyampaikan kepada generasi mendatang akan ingatan dan fakta bahwa Nazi telah dikalahkan untuk pertama dan terutama oleh rakyat Soviet."

Dia mengekspresikan kesedihannya bahwa 'politisi tertentu bergegas mengklaim bahwa Rusia sedang mencoba menulis ulang sejarah."

Membela Soviet

Polandia dan Rusia sering mempertanyakan tentang siapa yang patut dipersalahkan dalam memulai perang, dan Putin memasukkan isu itu ke dalam tulisannya.

"Kesalahan atas tragedi yang kemudian diderita Polandia sepenuhnya terletak pada kepemimpinan Polandia, yang telah menghambat pembentukan aliansi militer antara Inggris, Perancis dan Uni Soviet serta mengandalkan bantuan dari mitra Baratnya, melempar rakyatnya sendiri di bawah mesin lindas dari mesin penghancur Hitler," tulis Putin.

Putin juga menegaskan kembali perselisihan bahwa Uni Soviet dipaksa menandatangani perjanjian non-agresi dengan Jerman sebelum perang yang disebut Pakta Molotov-Ribbentrop setelah Perancis dan Inggris dengan sikap tidak bersahabat membentuk aliansi militer.

Baca juga: Putin Muncul Pertama Kali Pasca Lockdown Moskwa Dicabut

Pemimpin Rusia itu dalam esainya membela aneksasi Uni Soviet terhadap Lithuania, Latvia dan Estonia.

"Aksesi mereka ke USSR dilaksanakan berdasarkan kontrak, dengan persetujuan dari otoritas terpilih. Ini sejalan dengan hukum internasional dan negara pada waktu itu," katanya.

Perang Dunia II dimulai pada 1 September 1939 dengan serangan Jerman ke Polandia dari barat, menyusul deklarasi perang Perancis dan Inggris kepada Jerman dan segera setelah itu Soviet menyerang Polandia Timur.

Baca juga: Ucapkan Selamat Idul Fitri, Putin Juga Berpesan untuk Muslim Rusia

Tulisan Putin itu mungkin akan menuai bantahan besar dari negara-negara seperti Polandia dan Ukraina.

Sementara pada Kamis lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperingatkan bahwa rencana Rusia untuk menggelar peringatan 75 tahun akhir Perang Dunia II di Eropa berisiko menyebarkan virus corona.

Kembali pada tulisan Putin, presiden Rusia itu mengakhiri tulisannya dengan menyarankan bahwa pelajaran utama perang adalah perlunya diplomasi internasional yang luas. 

Baca juga: Juru Bicara Putin Positif Terjangkit Virus Corona

Dia menyatakan harapan bahwa KTT yang diusulkan Rusia dari para pemimpin negara-negara pemegang hak veto PBB akan segera diadakan untuk membahas keamanan global, konsekuensi ekonomi mulai dari pandemi virus corona dan masalah lainnya.

Putin mengatakan, 'aturan perilaku' pasca perang yang disetujui oleh Winston Churchill dari Inggris, Presiden Amerika Serikat Franklin D Roosevelt, dan Pemimpin Uni Soviet Josef Stalin telah 'meletakkan dasar-dasar dunia yang selama 75 tahun tidak punya perang global meski pun terdapat beberapa kontradiksi paling tajam."

KTT yang diusulkan, tegas Putin, akan menunjukkan komitmen terhadap "nilai-nilai yang diperjuangkan para ayah dan kakek kita yang telah saling membantu dalam peperangan."

"Tidak ada keraguan bahwa KTT Rusia, China, Perancis, Amerika Serikat dan Inggris dapat memainkan peran penting dalam menemukan jawaban bersama untuk tantangan modern," ungkap Putin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi 'Zero Conflict'

Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi "Zero Conflict"

Global
Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Global
Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Global
AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

Global
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Global
Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Global
AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

Global
Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Global
Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Global
PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

Global
[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

Global
Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Global
Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Global
Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com