Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadiri Kampanye Trump, Massa Dilarang Menuntut jika Tertular Covid-19

Kompas.com - 12/06/2020, 09:55 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak mau dituntut jika ada pendukungnya yang terinfeksi Covid-19, saat menghadiri kampanyenya.

Sebagai tindak lanjutnya, Trump mengeluarkan surat perjanjian yang harus ditandatangani pendukungnya, untuk tidak melayangkan tuntutan jika tertular virus corona saat kampanye.

Surat perjanjian itu bisa diunduh di situs web resmi kampanye Trump.

Baca juga: Trump Akan Beri Sanksi ke Pejabat ICC yang Tuntut Tentara AS

Pada Rabu (10/6/2020), politisi dari Partai Republik itu mengumumkan, akan melanjutkan kampanye di empat negara bagian, yakni Oklahoma, Florida, Arizona, dan North Carolina.

Presiden ke-45 AS itu akan melanjutkan kampanyenya, terlepas dari pandemi virus corona yang masih melanda Negeri "Paman Sam".

Lebih dari 116.000 orang telah meninggal akibat Covid-19 di AS, dengan total kasus menembus 2 juta.

Di Florida, Arizona, dan North Carolina, jumlah kasus virus corona mulai meningkat lagi.

Baca juga: Donald Trump Junior Habiskan Duit Rakyat Rp 1 Miliar Saat Berburu Domba

Untuk menghadiri kampanye sang presiden, para pendukung harus menandatangani surat pernyataan, yang bisa mulai digunakan saat kampanye di Tulsa, Oklahoma, 19 Juni mendatang.

"Dengan mengklik daftar di bawah ini, Anda mengakui bahwa risiko terpapar Covid-19 ada di setiap tempat umum yang dikunjungi orang-orang," demikian keterangan di surat itu.

"Dengan menghadiri kampanye, Anda dan pengunjung mana pun secara sukarela menanggung semua risiko yang terkait dengan paparan Covid-19, dan setuju untuk tidak menuntut" kampanye Trump, atau afiliasi, kontraktor, atau pegawainya yang bertanggung jawab.

Namun AFP pada Jumat (12/6/2020) mewartakan, di surat itu tidak ada keterangan cara-cara mencegah penularan Covid-19, seperti memakai masker.

Baca juga: Pertama Kali, Trump Tunjuk KSAU AS dari Kulit Hitam

Kampanye di Tulsa memantik kontroversi lantaran AS sedang berkutat dengan demonstrasi dan kerusuhan yang mengangkat isu rasialisme, akibat kematian pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd.

Floyd tewas pada 25 Mei saat dibekuk polisi Minneapolis, usai lehernya ditindih lutut polisi selama lebih dari 9 menit.

Tulsa adalah lokasi pembantaian pada 1921, ketika sekumpulan orang kulit putih membunuh ratusan orang Afrika-Amerika di permukiman orang kulit hitam.

Kemudian 19 Juni di sana juga dikenal sebagai "Juneteenth", yang menandai "Hari Kebebasan" untuk merayakan penghapusan perbudakan di Texas pada 19 Juni 1865.

Baca juga: Heboh, Kereta Emas Belanda Bergambar Perbudakan di Indonesia, Ini Penjelasannya

Senator California, Kamala Harris, yang digadang-gadang bakal calon wakil presiden Joe Biden pada pemilu AS 2020, mengecam kampanye itu sebagai "pesta sambutan" supremasi kulit putih.

Gedung Putih lalu menanggapinya pada Kamis (11/6/2020), dengan mengatakan Juneteenth adalah "hari penuh makna" bagi Trump dan ia ingin menggunakan kesempatannya berbagi perkembangan terkini untuk warga Afrika-Amerika.

Sementara itu Joe Biden belum mengabarkan kapan akan memulai kembali kampanyenya.

Baca juga: Biden: Saya Pikir George Floyd Memang Akan Mengubah Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com