BEIJING, KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang melanda dunia telah memukul telak perjanjian dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Akibat hubungan yang "sangat tidak memuaskan ini", penasihat senior pemerintah China menganjurkan Beijing dan Washington perlu melanjutkan komunikasi strategis.
Ketegangan AS-China semakin memanas tahun ini, sejak para petinggi kedua negara adu mulut tentang asal-usul virus corona.
Baca juga: Diancam China Pakai Ekonomi, Ini Jawaban PM Australia
Meski kedua negara telah berkomitmen memenuhi kesepakatan dagang, para pengamat mulai melihat adanya ketidakpastian.
Pembelian kedelai AS di China baru-baru ini menurun, dan AS juga mencatatkan penurunan impor dalam beberapa bulan pertama tahun ini.
Zhu Guangyao penasihat Dewan Negara China pada konferensi pers mengatakan, "Secara obyektif epidemi berdampak pada implementasi perjanjian ini."
"Tetapi dalam keadaan seperti itu, China telah menekankan bahwa kedua pihak harus bekerja sama," tutur Zhu yang juga mantan Wakil Menteri Keuangan China, dikutip dari AFP Kamis (11/6/2020).
Baca juga: Saudara George Floyd: Dia Tidak Pantas Mati karena 20 Dollar AS
Dalam perjanjian dagang ini, Beijing setuju mengimpor tambahan 200 miliar dollar AS (Rp 2,8 kuadriliun) untuk produk-produk AS selama dua tahun.
Para ekonom lalu mempertanyakan, apakah kesepakatan itu tetap dijalankan di tengah pandemi virus corona yang melanda dunia.
Para pejabat bulan kemudian mengatakan, "kemajuan baik" sedang dibuat untuk mewujudkan perjanjian itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.