Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Tidak Aman untuk Mahasiswa China dan Asia, Benarkah?

Kompas.com - 12/06/2020, 09:07 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Jelang dimulainya kembali masa perkuliahan di Australia pada Juli, perdebatan mengenai keamanan mahasiswa asing semakin menguat. Kalangan mahasiswa China khususnya, memiliki pandangan beragam.

Mayoritas mahasiswa China yang kuliah di luar negeri memilih Australia sebagai tempat menuntut ilmu. Sebanyak 73 persen dari mereka disalurkan oleh para agen pendidikan.

Menurut data Departemen Pendidikan Tinggi, sekitar 60 persen mahasiswa asing di delapan universitas ternama Australia atau Group of Eight adalah mahasiswa asal China.

Kedelapan perguruan tinggi tersebut meliputi University of Adelaide, Australian National University (ANU), University of Melbourne, Monash University, University of New South Wales (UNSW), University of Queensland, University of Sydney, dan University of Western Australia.

Baca juga: PM Australia Minta Warganya yang Demo atas Kematian George Floyd Dituntut

Perinciannya, sekitar 69 persen mahasiswa asing di University of Sydney berasal dari China, 66 persen di UNSW, 56 persen di University of Melbourne dan 57 persen di Monash University.

Selain itu, di perguruan tinggi bidang teknologi seperti RMIT di Melbourne, 37 persen mahasiswa asing berasal dari China, serta 53 persen di University of Technology Sydney (UTS).

Data pendaftaran mahasiswa asing di 10 perguruan tinggi tersebut pada 2018 menunjukkan, ada sekitar 110.000 mahasiswa asing asal China dengan kontribusi SPP sekitar 3,1 miliar dollar Australia atau sekitar Rp 31 triliun.

Total kontribusi SPP dari keseluruhan mahasiswa asing di 10 universitas ini saja mencapai 5,4 miliar dollar Australia (Rp 52,3 triliun) di tahun 2018.

Kemudian jika digabungkan dengan di universitas lain, data Departemen Pendidikan Tinggi menunjukkan sekitar 229.000 mahasiswa asal China tercatat menempuh pendidikan di Australia.

Jumlah tersebut mencakup hampir 30 persen dari seluruh mahasiswa asing di Australia pada 2019.

Baca juga: Diancam China Pakai Ekonomi, Ini Jawaban PM Australia

Di awal penyebaran virus corona di Australia, media di Negeri "Kanguru" termasuk ABC Indonesia banyak memberitakan kejadian serangan rasialis yang dialami warga keturunan China dan negara Asia lainnya.

Selama periode Januari hingga April misalnya, terjadi 241 kasus diskriminasi yang dilaporkan di negara bagian New South Wales.

Bahkan menurut laporan The Guardian, ada 178 kejadian rasialis selama dua minggu pertama April 2020.

Harian berbahasa Inggris Global Times yang merupakan corong pemerintah China mengutip kejadian-kejadian tersebut untuk menggambarkan "peningkatan rasialisme terhadap warga keturunan Asia di Australia".

Kejadian-kejadian itu pula yang menjadi dasar keluarnya peringatan Biro Pendidikan China agar warganya mempertimbangkan kembali memilih Australia sebagai tempat kuliah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com