Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Rohingya di Kamp Pengungsi Bangladesh Meninggal karena Covid-19

Kompas.com - 03/06/2020, 18:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

Adapun kasus pertama di Rohingya terjadi pada pertengahan Mei. Saat itu, korbannya adalah seorang pria yang kabur setelah dites positif.

Baca juga: Bekas Penampungan Rohingya Jadi Tempat Karantina ODP Corona

Dia kemudian ditemukan setelah dicari selama empat jam. Diduga, dia terpapar wabah itu setelah berada di sebuah rumah sakit terdekat.

Pemerintah bergerak cepat dengan melakukan tes, dan menutup jalan ke beberapa area di kamp, yang mengumumkan adanya penularan.

Pekan lalu, sekitar 15.000 pengungsi harus dikarantina setelah jumlah penderita virus SARS-Cov-2 mengalami peningkatan.

Dhaka bersama pejabat dari PBB lantas mempersiapkan tujuh pusat isolasi dengan kapasitas bisa merawat 700 pasien di tempat pengungsian.

Kekhawatiran serius

Bhuiyan mengatakan sejumlah pejabat lokal, di tengah absennya internet, akan berbicara kepada pengelola pengungsian untuk menyebarkan kewaspadaan terkait Covid-19.

Namun, memastikan virus tidak menyebar adalah tantangan berat. Mengingat mereka berjibaku dengan gang sempit yang terkadang basah kuyup dan penuh sesak.

"Beberapa orang Rohingya memberi tahu saya kekhawatiran serius sulitnya menerapkan social distancing di dalam kamp," kata Saad Hammadi dari Amnesty International.

Hammadi menjelaskan, padahal pembatasan sosial adalah salah satu cara menanggulangi wabah, dengan kekhawatirannya ada pada orangtua di kamp.

Badan pengungsi PBB, UNHCR, melalui juru bicaranya berujar mereka bekerja keras untuk memastikan alat tes tersedia di sana.

UNHCR juga menambahkan, mereka akan memastikan terdapat fasilitas untuk merawat pasien, begitu juga tracing dan isolasi bagi mereka yang terpapar.

Baca juga: Myanmar Dituduh Genosida Rohingya, Ini Peringatan Aung San Suu Kyi

Tak ada kesadaran

Pekerja kemanusiaan mengungkapkan, banyak sekali pengungsi yang tidak tahu mengenai virus yang diyakini bersumber dari kelelawar itu.

Mereka menyalahkan pemerintah lokal yang memutus layanan internet pada September 2019, yang diklaim untuk menangkal pengeedar narkoba dan geng kriminal.

Aktivis HAM Rezaur Rahman Lenin mengatakan, banyak rumor berkembang terkait virus corona dikarenakan tidak adanya informasi yang cepat sampai ke mereka.

Pernyataan itu dibenarkan Mohammad Farid, pemimpin komunitas Rohingya di Kutupalong, yang berkata mereka hampir tak melakukan apa pun untuk menangkal penyebaran.

"Kematian ini membawa tanda tak menyenangkan tentang apa yang bisa terjadi di tempat ini pada masa mendatang," ujar dia.

Baca juga: Di Pengadilan PBB, Aung San Suu Kyi Bantah Myanmar Lakukan Genosida atas Rohingya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com