Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disinformasi dan Teori Konspirasi Virus Corona Menelan Korban Jiwa

Kompas.com - 31/05/2020, 12:41 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Bulan April, tiga pria Muslim diserang terpisah di Delhi, karena desas-desus bahwa Muslim menyebarkan virus corona.

Di Sisai, sebuah desa kecil di India timur, terjadi bentrokan antar geng sesudah terjadi serangan terhadap seorang anak Muslim karena desas-desus serupa.

Akibat bentrokan, satu orang meninggal dunia dan satu luka parah.

Laporan palsu juga beredar. Di Bradford, Inggris, beredar isu bahwa pasien kulit berwarna dibiarkan mati tanpa perawatan.

Lalu di Indore, sebuah kota di India barat, dokter yang sedang melacak pasien yang terpapar virus, malah dilempari batu.

Penyebabnya adalah sebuah video beredar di aplikasi WhatsApp yang menyatakan Muslim yang sehat dibawa oleh petugas kesehatan untuk disuntik dengan virus.

Dua orang dokter mengalami cedera yang cukup parah akibat kejadian ini awal April lalu.

Baca juga: Usai Dituding Rasialis, China Akan Tingkatkan Perawatan Orang Afrika

Bahaya infodemi

WHO sudah mengingatkan akan ‘infodemi’ di mana banyak orang tersesat oleh apa yang mereka baca secara daring.

Mereka tidak selalu membahayakan diri dengan memakan obat palsu. Namun mereka mengurangi kesempatan mereka untuk selamat karena berpikir Covid-19 tidak nyata atau tidak serius.

Di Queens, New York, sepasang pria datang ke unit gawat darurat rumah sakit. Mereka tinggal di kamar dan tempat tidur yang sama.

Keduanya sakit parah, dan dalam beberapa jam dokter yang menangani, Dr Rajeev Fernando melihat satu dari mereka meninggal dunia, Sedangkan pria satu lagi dipasangi ventilator.

Dr Fernando bertanya kenapa mereka tak ke rumah sakit lebih cepat. Jawabnya, mereka mengaku sempat membaca di media daring bahwa virus itu tidak terlalu serius.

"Mereka mencoba pengobatan alternatif," kata Dr Fernando. "Mereka pikir Covid-19 ini setara flu."

Dr Maru, dokter di Elmhurst Hospital, New York, berkata jumlah pasien yang menunda-nunda perawatan “sangat banyak."

Ia melihat orang yang sakit dan kemudian meninggal karena beranggapan jaga jarak itu tidak efektif, atau virus corona hanya hoaks saja. Dr Maru dan rekan-rekannya sibuk membongkar misinformasi seraya merawat pasien.

"Misinformasi ini masalah struktural," katanya. "Menyalahkan orang karena menelan disinfektan ini serupa dengan menyalahkan orang yang sedang jalan kaki lalu tersambar mobil yang dikemudikan orang mabuk."

Menanggapi gelombang misinformasi, perusahaan media sosial menerapkan aturan baru. Facebook menyatakan, “Kami tidak membiarkan misinformasi yang merugikan dan telah menghapus ratusan ribu unggahan.

Termasuk tentang obat palsu dan penyataan bahwa virus corona disebabkan oleh 5G, atau unggahan tentang virus corona tidak ada”.

Baca juga: Cerita Camat Luruskan Mispersepsi Covid-19 di Masyarakat, dari Isu Relaksasi PSBB hingga Teori Konspirasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com