Menurut organisasi kesehatan Iran, jumlah total korban adalah 796 orang hingga akhir April. Menurut mereka ini adalah hasil “berita bohong di media sosial”.
Jumlah ini tidak meyakinkan karena di Iran minuman beralkohol dilarang, dan beredar secara gelap dan sering terkontaminasi.
Wartawan BBC sempat melihat desas-desus ini di aplikasi pesan Telegram.
Shayan Sardarizadeh dari BBC Monitoring menyatakan jumlah sebenarnya bisa membuat malu pemerintah Iran sehingga mungkin saja angkanya dimanipulasi.
Dalam satu kasus, seorang anak berusia 5 tahun jadi buta karena orangtuanya memberi minuman beralkohol ilegal untuk melawan virus corona.
“Kita tahu misinformasi bisa mengacaukan hidup,” kata Clare Milne, editor di Full Fact, organisasi pengecek informasi di Inggris.
Baca juga: Diduga Khawatir Virus Corona, 27 Orang Tewas akibat Keracunan Alkohol di Iran
Presiden Trump terus berspekulasi soal obat Covid-19. Akhir April ia menyatakan sinar ultra violet bisa menetralisir virus.
"Dan saya lihat disinfektan bisa menghantam virus dalam satu menit. Satu menit. Dan pasti ada cara mengobati dengan ini seperti disuntikan, misalnya?"
HYDROXYCHLOROQUINE & AZITHROMYCIN, taken together, have a real chance to be one of the biggest game changers in the history of medicine. The FDA has moved mountains - Thank You! Hopefully they will BOTH (H works better with A, International Journal of Antimicrobial Agents).....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) March 21, 2020
Trump kemudian bilang komentar itu sarkasme, tetapi banyak warga Amerika yang tak memandangnya begitu. Pejabat di Kansas mengatakan mereka mendengar ada seseorang yang bilang temannya makan sabun sesudah mendengar pidato Trump itu.
Dr Duncan Maru, dokter di Elmhurst Hospital di New York, mengatakan rekannya sempat merawat pasien yang sakit parah karena menelan disinfektan.
"Dampaknya bisa jangka panjang, seperti kanker dan pendarahan usus," katanya.
Media sosial juga jadi tempat subur tumbuhnya teori konspirasi.
Di Inggris Raya, lebih dari 70 tiang telepon dirusak karena desas-desus yang mengaitkan virus corona dengan jaringan seluler 5G.
Bulan April, Dylan Farrell, seorang teknisi telekomunikasi diteriaki di mobilnya ketika sedang parkir di depan sebuah café untuk mampir minum teh di kota Leicester.
Ia diteriaki: “Kalian tak bermoral!” oleh seorang pria. “5G membunuh kita!”
Karena merasa akan diserang secara fisik, Dylan mengurungkan niat dan segera pergi dari situ.
“Menakutkan sekali,” katanya.
"Banyak beredar teori konspirasi seputar teknologi 5G," kata Claire Milne. "Sekarang berkembang jadi dikaitkan dengan virus corona."
Baca juga: Dari Senjata Biologis hingga 5G, Ini Teori Konspirasi Sesat tentang Corona
Bulan Maret, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan bahwa pandemi bisa mengobarkan “musuh yang berbahaya".
Ia mengatakan ini sehubungan dengan rasisme yang menimpa orang Asia dan China. Virus telah memperburuk ketegangan di beberapa negara.