Ada sebuah cerita yang sangat terkenal mengenai dua kota, pada bulan September 1918, kota-kota di AS mengorganisir pawai untuk mempromosikan obligasi perang. Dana hasil penjualannya akan dipakai untuk membantu perang yang sedang berlangsung.
Ketika flu Spanyol terjadi, Philadelphia tetap mengadakan pawai sementara St Louis memutuskan untuk membatalkannya.
Baca juga: Pandemi Terburuk Sepanjang Sejarah, Flu Spanyol Infeksi Sepertiga Warga Dunia
Sebulan kemudian, lebih dari 10.000 orang meninggal dunia di Philadelphia. Di St Louis warga yang meninggal di bawah angka 700 orang.
Perbedaan ini menjadi bahan studi kasus yang menyatakan langkah menjaga jarak sosial adalah sebuah strategi dalam mengatasi wabah.
Analisa pada beberapa kota AS di tahun 1918 memperlihatkan tingkat kematian yang lebih rendah pada tempat-tempat yang sejak dini melarang pertemuan umum, teater tertutup, sekolah dan gereja.
Tim ahli ekonomi Amerika yang menganalisa lockdown 1918 menemukan kota-kota yang menerapkan langkah lebih ketat mengalami perbaikan ekonomi yang lebih cepat setelah wabah.
Namun, pandemi ini diperkirakan telah menewaskan hampir 700.000 orang Amerika. Dan salah satu alasannya, menurut ekonom Universitas Harvard Robert Barro, karena lockdown dibuka terlalu cepat.
"Kebijakan yang berlaku biasanya berlangsung sekitar 4 minggu - dan kemudian dilonggarkan karena tekanan publik," katanya.
Dia percaya hasilnya akan lebih baik jika kebijakan lockdown diberlakukan selama sekitar 12 minggu.
Baca juga: Trump Tidak Tahu Kakeknya Wafat Akibat Wabah Flu Spanyol 1918
Terlepas dari berbagai pelajaran ini, flu Spanyol bisa dipandang sebagai sebuah pandemi yang dilupakan.
Sama seperti Covid-19, penyakit ini mengenai sejumlah orang terkenal: Presiden AS Woodrow Wilson dan PM Inggris Lloyd George jatuh sakit, sementara Presiden Brasil Rodrigues Alves meninggal.
Namun wabah ini tidak mendapatkan perhatian masyarakat sebesar perhatian pada Perang Dunia I. Ini karena sejumlah pemerintahan memang menyensor media yang melaporkan pengaruh pandemi saat perang.
Karena tidak banyak diliput, krisis ini juga nyaris hilang di buku-buku sejarah dan budaya populer.
Salah satu pengecualiannya adalah lukisan Edvard Munch, "Self-Portrait with the Spanish Flu", yang dilukis seniman Norwegia ini saat terkena wabah itu.
Sejarawan kesehatan Mark Honigsbaum mengamati bahwa edisi 1924 Encyclopaedia Britannica "bahkan tidak menyebutkan pandemi flu Spanyol dalam ulasannya tentang 'tahun paling penting' di abad ke-20".
Sementara buku-buku sejarah pertama yang membahas wabah itu baru muncul sekitar tahun 1968.
Kini virus corona sudah pasti membuat sejumlah orang mengingat kembali flu Spanyol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.