Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Tidak Tahu Kakeknya Wafat Akibat Wabah Flu Spanyol 1918

Kompas.com - 10/03/2020, 13:29 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dilansir dari Washington Post, Jumat (06/03/2020), Presiden Donald Trump membandingkan angka infeksi virus corona di luar negara AS dengan angka infeksi di dalam AS. Dia juga membandingkan perbedaan penyakit virus corona dengan influenza.

"Selama periode waktu yang lama, rata-rata 36 ribu orang sekarat karena flu dalam setahun," kata Trump sambil menunjuk Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Anthony S. Fauci yang mengangguk tanda mengiyakan.

Trump kemudian melanjutkan, "Saya tidak pernah mendengar angka sebanyak itu. Saya akan terkejut. Saya mungkin akan berkata, 'apa iya ada yang meninggal karena flu? Saya tidak tahu kalau orang bisa meninggal karena flu...Dan lagi, terdapat beberapa tahun di mana lebih dari 100 ribu orang meninggal akibat penyakit itu."

Presiden Trump benar. Influenza musiman bisa membunuh 12 ribu sampai 61 ribu orang di AS setiap tahun sejak 2010 menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC). Ada beberapa tahun di mana lebih dari 100 ribu orang AS terbunuh oleh jenis influenza yang ganas.

Baca juga: Singapura Beberkan Jurus-jurus Ampuh Hadapi Virus Corona

Salah satu episode itu adalah wabah tahun 1958, yang menewaskan 116 ribu orang di AS. Sedangkan wabah lain terjadi pada 1918. Itulah tahun di mana kakek Trump, Friedrich Trump meninggal dunia karena wabah flu.

Pada tahun tersebut, Friedrich Trump adalah seorang pengusaha sukses. Dia berusia 49 tahun. Dia merupakan suami dan ayah dari tiga anak yang tinggal di Queens, menurut Gwenda Blair dalam bukunya tahun 2001, "The Trumps: Tiga Generasi yang Membangun Dinasti."

Suatu hari di bulan Mei, Friedrich pulang dari jalan-jalan dengan perasaan mual. Dia meninggal segera setelahnya.

Dia adalah korban dari gelombang pertama pandemi flu Spanyol. Gelombang kedua, merupakan gelombang mematikan yang melanda pada musim gugur.

Semua mengatakan, pandemi atau wabah itu menewaskan sedikitnya 50 juta orang di seluruh dunia dan 675 ribu orang di AS menurut CDC.

Putra tertua Friedrich, Frederick, baru berusia 12 tahun ketika ayahnya meninggal, tetapi dia dan ibunya akan mengambil bisnis keluarga.

Perjalanan mereka panjang sampai 28 tahun lagi sebelum Fred dan istrinya memiliki anak keempat, seorang anak lelaki yang mereka beri nama Donald.

Baca juga: Berjuang Lawan Virus Corona, Seluruh Italia Bakal Ditutup

Friedrich datang ke AS pada umur 16 tahun dari Jerman yang mana pada saat ini anak merantau seperti Friedrich digolongkan sebagai "anak asing tanpa pendamping" kata para ahli kepada The Washington Post pada tahun 2018.

Terkait hal itu, Trump mendapat kecaman atas perlakuan pemerintahannya terhadap anak di bawah umur tanpa pendamping dan anak-anak lain dari Amerika Tengah yang mencoba untuk memasuki negara melalui perbatasan selatan.

Di usia 20-an, Friedrich Trump membuat jalan ke Pacific Northwest, di mana dia menjadi kaya setelah membuka kedai minum, restoran dan hotel, biasanya di red-light district (wilayah yang ramai prostitusi dan klub malam), di kota-kota pertambangan era Gold Rush.

Dia juga berusaha kembali ke Jerman di usia 30-an tetapi dideportasi karena dia menghindari wajib militer saat remaja.

Presiden Trump setidaknya mengetahui sedikit biografi sang kakek. Baru-baru ini pada Februari 2019, dia berkata dalam sebuah pidato, “Kakek saya sudah berada di Alaska untuk waktu yang lama. Dia mencari emas. Dia tidak menemukannya, tetapi dia mulai membuka hotel-hotel kecil bagi mereka yang mencari emas. Dan itu berhasil. "

Di lain waktu, dia mengatakan dengan keliru bahwa ayahnya, bukan kakeknya, lahir di Jerman. Padahal ayahnya lahir di New York.

Pada konferensi pers di mana Trump tampak tidak mengetahui penyebab kematian kakeknya, dia mengutip anggota keluarga lain  yaitu sang "paman super-genius," putra bungsu kakeknya, yang telah memberinya gen keluarga untuk memahami ilmu tentang virus corona kejadian luar biasa.

"Orang-orang benar-benar terkejut saya memahami hal ini," katanya. "Setiap dokter berkata, 'Bagaimana kamu tahu banyak tentang ini?' Mungkin aku memiliki kemampuan alami."

Baca juga: Serangan Virus Corona: Apa yang Terjadi Saat Sekolah di AS Ditutup?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com